Wednesday, August 13, 2014

PROPAGANDA YAHUDI TERHADAP WANITA MUSLIMAH


Propaganda Barat Terhadap Wanita Muslimah

 

 Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kini para musuh Islam (kaum barat) semakin menggencarkan serangan untuk menghancurkan perkembangan agama Islam. Kini banyak sudah kita mengenal faham-faham baru seperti hedonisme, sekularisme, feminism, liberalisme, westernisasi, modernisasi, dan lain sebagainya, yang semuanya memiliki satu tujuan sama, yaitu menjadikan umat Islam lupa dan jauh dari syariat agamanya.

 

Dan salah satu incaran para musuh Islam itu untuk menghancurkan umat Islam adalah kaum wanitanya. Dengan sangat halus, pelan tapi pasti, mereka mengajak para wanita muslimah untuk mengikuti gaya hidup mereka, membuatnya lupa akan kewajiban utama: merawat dan mendidik generasi penerus Islam.

 

Latar Belakang

Islam dan barat adalah kisah benturan peradaban yang tidak kunjung usai. Kebencian orang barat tidak pernah habis, malah semakin menjadi-jadi ketika mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Islam semakin pesat saja. Usaha-usaha orang kafir dalam memerangi umat Islam tidak akan pernah selesai. Hal ini sudah dinash dalam Al Quran sebagai tanbih bagi kita, umat Islam, dalam menghadapi serangan-serangan orang barat yang semakin menjadi. Allah swt berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 120:

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).’ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak aka nada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.”

Namun usaha yang dilakukan para musuh Islam dalam menghancurkan Islam berbeda yang dulu dengan saat ini. Mulai dari zaman nabi dulu, usaha yang gencar dilakukan oleh orang-orang kafir adalah menyerang umat Islam dengan perang fisik, mengadu ribuan, bahkan ratusan ribu pasukan mereka yang gagah dan lengkap bersenjata untuk mematikan kaum muslimin. Namun sayangnya, sejarah mencatat pasukan kafir lebih banyak mengalami kekalahan telak dari pada merayakan kemenangan.

Lalu kemudian peradaban Islam semakin meraih kejayaannya dan terus berkembang menelorkan ilmuwan-ilmuwan yang berpengaruh di dunia. Hal ini membuat musuh Islam semakin kebakaran jenggot menghadapi kenyataan di mana penyebaran peradaban mereka harus kalah oleh umat Islam. Para musuh Islam yang pada zaman penjajahan fisik memegang semboyan hidup yang mereka sebut dengan 3G (Gold, Glory, dan Gospel) tentu sangat resah karena kemajuan Islam sangat mengancam tiga semboyan mereka ini, karena ketiganya berhasil dikuasai oleh umat Islam.
Permulaan Misi Ghazwul Fikr
Ghazwul fikr adalah satu metode penyerangan umat Islam dari kaum barat yang sampai saat ini bisa dibilang sukses. Ghazwul fikr ini merupakan penyerangan umat Islam dengan metode meracuni pikiran para umat Islam dengan ideologi yang mengikuti gaya hidup mereka yang pastinya bertolak belakang dengan ajaran syariat Islam.
Metode ghazwul fikr ini mulai dilangsungkan oleh orang-orang barat ketika mereka mengalami kekalahan telak dalam perang salib yang belangsung hampir dua abad selama enam gelombang. Sejak perang salib ini berlangsung dan pasukan eropa mengalami kekalahan, sebagian tokoh Kristen sudah mulai berpikir bahwa perang salib ini merupakan cara yang tidak tepat untuk menaklukkan kaum muslimin. Salah satu tokoh Kristen yang terkenal mengubah taktik penyerangan dari fisik ke penyerangan pikiran adalah Peter Venerabilis, dialah tokoh Kristen pertama yang merancang penyerangan umat Islam lewat pemikiran-pemikiran mereka.
Di tengah berkecamuknya perang salib, Peter membuat sebuah pernyataan yang ditujukan untuk umat Islam, “Aku menyerangmu, bukan sebagaimana sebagian dari kami (orang-orang Kristen) sering melakukan, dengan senjata, tetapi dengan kata-kata. Dan bukan dengan kekuatan, namun dengan pikiran; bukan dengan kebencian, namun dengan cinta.”
Kemudian dimulailah penyerangan umat Islam melalui peradaban dan pemikiran. Usaha itu mereka mulai dengan mengirim putra-putra terbaik mereka ke daulah Islamiyah (Negara-negara Islam) yang terkenal maju peradabannya seperti Makkah, Turki, Mesir, dan lain-lain. Di sana para putra kebanggaan mereka mempelajari dan mendalami berbagai fan ilmu Islam. Dan setelah sampai ke tingkat ahli, para pemuda itu diutus kembali ke eropa untuk membentuk semacam Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) untuk mengetahui kelemahan umat Islam agar dapat mereka kuasai dan hancurkan dengan mudah.
Dan harus kita sadari, bahwa usaha dan kerja keras mereka dalam menghancurkan Islam semakin bertambah. Maka dari itu, sebagai wanita muslimah, yang menjadi tumpuan berkualitas atau tidaknya generasi Islam mendatang, seyogyanya kita berhati-hati dan memperkuat dasar ilmu serta iman kita dalam mengahadapi arus kehidupan yang semakin keras. Karena hanya dengan memegang teguh ajaran agama Islam sajalah kita bisa berhasil menghindar dari serangan-serangan orang barat dalam menghancurkan Islam. Nabi Muhammad saw bersabda, “Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.” (HR. Tirmidzi)
Pandangan Hidup Barat yang Berbasis Materi
Dalam era globalisasi ini, kemajuan teknologi dan informasi telah banyak membawa gagasan-gagasan serta gaya hidup baru ke tengah-tengah hidup masyarakat dunia. Dan semua itu tanpa memperhitungkan dampak-dampak negatif yang berpengaruh terhadapa norma agama dan moral atau akhlaq. Karena memang itu salah satu tujuan kaum barat dalam menggemborkan kemajuan teknologi dan informasi di tengah kehidupan manusia.
Promosi bertubi-tubi ditampilkan oleh media massa, menawarkan kenikmatan hidup mewah yang modern dan konsumtif. Manusia tidak henti-hentinya digiurkan oleh aktifitas berproduksi dan mengkonsumsi, karena saat ini harta atau kekayaan menjadi tolak ukur kesejahteraan hidup dan tinggi atau tidaknya derajat seseorang di mata orang lain. Bagi sebagian orang, mencari rizki halal yang hanya menghasilkan sedikit uang lebih baik ditinggalkan. Banyak orang yang memilih ‘jalan pintas’ demi sebuah gengsi semata, yang telah dikenalkan ke tengah-tengah masyarakat oleh kaum barat. Ini yang biasa disebut hedonisme, suatu bentuk kehidupan yang mengagungkan kesenangan dan kenikmatan belaka. Gaya hidup tersebut dikembangkan dalam kehidupan manusia untuk menyingkirkan tujuan hidup lainnya.
Rasulullah saw sudah sejak dulu memperingati ummatnya agar berhati-hati dengan harta. Beliau bersabda, “Demi Allah, bukanlah kekafiran dan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, tetapi justru aku khawatir kemewahan dunia yang kamu dapatkan sebagaimana telah diberikan kepada orang-orang sebelum kamu, lalu kamu bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula.” (HR. Tirmidzi)
Gaya hidup seperti ini sangat bertentangan dengan apa yang difirmankan oleh Allah swt. Dalam Islam, Allah swt menjadikan tolak ukur derajat seroang hamba dari kadar ketaqwaannya, dan tidak sama sekali dilihat dari kekayaannya. Allah swt berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 13:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
Wanita Menurut Perspektif Barat
Posisi wanita dalam Islam begitu istimewa. Islam sangat memperhatikan hak-hak dan kewajiban atas seorang wanita. Dalam pandangan hidup Islam, sosok wanita telah dianugerahi bermacam kualitas yang khas bagi dirinya. Islam mengajarkan bahwa suatu persamaan bukanlah sebuah penyamarataan, akan tetapi lebih kepada sikap adil dalam memberikan hak yang sepatutnya kepada yang layak. Hal ini berbeda dengan apa yang digembor-gemborkan oleh para feminis yang menuntut hak-hak yang berlebihan.
Berbeda dengan Islam, barat memposisikan wanita hanya sebagai pemuas nafsu pria belaka. Sejarah mencatat bahwa dalam tradisi barat, wanita telah diasumsikan sebagai makhluq yang lemah dan tidak berdaya dengan dilihat dari seluruh aspek kehidupannya. Bahkan, di era modern saat ini, yang banyak dikendalikan oleh orang-orang barat, wanita semakin dihinakan dan direndahkan tanpa mereka sadari. Mereka dijadikan sebagai komoditas murahan dan obyek kesenangan kaum lelaki. Baik di dunia usaha, tempat kerja ataupun di keramaian. Wanita-wanita Barat hanya dikonsep untuk mendefinisikan arti kepribadian dalam pengertian yang sangat primitif, yakni tidak lain konsep pemenuhan biologis semata.
Dalam melancarkan misinya untuk menghancurkan Islam, orang-orang barat lebih mengincar bidikannya ke kaum wanita muslimah. Bukan rahasia lagi, bahwa ideologi dan gaya hidup yang dikenalkan oleh orang barat berhasil merusak kualitas generasi penerus dan semua itu bisa dengan mulus terjadi karena para kaum wanita sudah kehilangan moralnya.
Seorang tokoh barat mengemukakan, “Sesungguhnya wanita muslimah adalah kelompok masyarakat Islam yang paling mampu menyeret Islam kepada kebebasan dan kerusakan atau sebaliknya membawa Islam untuk segera meraih kejayaan.” Bahkan nabi Muhammad saw sendiri telah mengakui bahwa perhiasan dunia yang paling berharga adalah perempuan sholihah. Inilah alasan mengapa orang-orang barat begitu gencarnya menunjukkan serangan mereka kepada kaum hawa. Karena dengan rusaknya wanita muslimah, sudah pasti generasi Islam selanjutnya akan mengalami kemunduran bahkan bukan tidak mungkin akan mengantar Islam pada pintu kehancuran.
Dan yang paling penting yang diincar oleh orang-orang barat adalah posisi wanita sebagai seorang istri, ibu, dan saudara perempuan yang menjadi alasan utama pengincaran mereka terhadap para wanita muslimah. Seorang misionaris mengatakan, “Gelas dan selebritis lebih ampuh merobohkan umat Muhammad daripada 1000 pasukan, maka tenggelamkan wanita dalam materi dan kesenangan!” yang dimaksud gelas di sini adalah wisky atau minuman keras.
Hal ini sudah terpampang di depan mata kita. Betapa kaum wanita sekarang larut dalam kesenangan dunia dan hiburan yang tidak mengenal batas-batas apapun. Dan ketika wanita sudah larut dalam kesenangan, maka mereka akan lupa dengan tugas-tugas utama mereka dalam mendidik dan menjaga moral untuk membentuk generasi penerus yang berkualitas.
Strategi Barat dalam Merusak Wanita Muslimah
Seperti yang telah saya paparkan, bahwa para musuh Islam telah menemukan sasaran empuk yang paling tepat untuk menghancurkan umat Islam, dan sasaran empuk itu adalah kaum wanita muslimah. Seorang tokoh yahudi menyerukan dalam pidatonya, “Kita harus menyeret wanita. Jika suatu para wanita muslimah mengulurkan tangan kepada kita maka saat itulah kita menyelesaikan masalah.” Dan secara garis besar, usaha mereka dalam menghancurkan wanita muslimah adalah dari dua titik.
Titik yang pertama yaitu dari segi hak dan kewajiban. Orang-orang barat dengan membawa misi yang biasa kita kenal dengan emansipasi wanita, merubah cara pikir para wanita- khususnya wanita muslimah- akan hak dan kewajiban mereka. Dengan alasan ketidak adilan dan tuntutan untuk menyamakan derajat dengan kaum pria, wanita diharapkan bisa berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada pria, siapapun itu, baik ayah, saudara laki-laki, atau bahkan suami. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Islam, yang menjadikan wanita sebagai makhluq yang berhak mendapat perlindungan dari pria. Allah swt berifirman dalam surat An Nisa’ ayat 34:
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan).””
Mengenai hal ini, Muhammad Qutb, seorang intelek muslim mengatakan dalam salah satu kitab karangannya, “Islam tidak menyukai wanita dilelahkan syarafnya dengan bekerja memeras tenaga. Wanita yang bekerja pulang ke rumah sudah dalam keadaan lelah seperti halnya si pria sendiri. Syarafnya tegang dan otot kaku. Lalu timbullah pergeseran-pergesaran tegang antara dia dengan suaminya. Kedua-duanya tidak mau mengalah. Anak-anaknya pun lalu merasa tidak punya ibu. Yang terasa oleh mereka adalah mereka punya dua ayah, yang sama-sama pria.”
Hal itulah yang akan terjadi ketika wanita memaksa untuk berdiri sendiri. Sekali lagi saya tekankan, Islam mengajarkan kepada kita tentang porsi yang pantas dan layak untuk karakter khusus yang dimiliki umatnya, bukan penyamarataan yang hanya berdasarkan keegoisan diri semata. Itulah kiranya yang mesti disadari dan difahami oleh tiap wanita, bahwa Islam dengan aturan-aturannya yang khusus terhadap kaum wanita, sejatinya mengangkat derajat kita sebagai seorang wanita, yang khusus diciptakan oleh Allah dengan sifat lemah lembut dan penuh kasih sayang. Kalau kita terus memaksakan untuk menyamakan diri seperti kaum pria, itu malah hanya melecehkan dan merendahkan kita sebagai seorang wanita.
Titik kedua yang diserang oleh para musuh Islam adalah dari segi akhlak atau moral. Mereka sangat sadar bahwa kekuatan umat Islam itu terdapat dalam akhlaqnya. Nabi Muhammad saw bersabda: “Dunia adalah perhiasan, dan hiasan yang paling indah adalah wanita shalihah.”
Inilah yang membedakan wanita muslimah dengan yang lainnya. Wanita muslimah selalu memperindah diri dengan akhlak yang baik, kepribadian yang kuat. Dan hal ini disadar betul oleh kaum barat, sehingga mereka menjadikan segi moral sebagai salah satu titik penting yang harus diserang untuk menghancurkan generasi umat Islam. Karena dengan rusaknya moral wanita muslimah, maka tidak bisa dielakkan lagi akan terjadi kehancuran dan krisis moral yang lebih parah pada generasi-generasi selanjutnya. Inilah yang diharapkan para musuh Islam.
Mode dan Kosmetika
Salah satu cara kaum barat dalam menghancurkan wanita muslimah adalah dengan menanamkan konsep kecantikan di tengah kehidupan mereka. Wanita, yang memang fitrahnya diciptakan dengan bentuk yang indah dan menawan, pasti akan cepat tergiur dengan konsep kecantikan yang dipasang oleh kaum barat ini. Dengan menyebarkan mode trend yang bermacam-macam, dalam berbusana, make up, dan bentuk tubuh, kaum barat berhasil membuat wanita muslimah lupa akan identitasnya sebagai seorang muslimah dengan berhijab dan berbusana yang tertutup.
Selain mode trend yang tersebar luas, mereka juga menampilkan artis-artis cantik dan seksi yang nantinya dijadikan panutan dalam dunia mode, sehingga wanita muslimah pun terseret untuk lebih memilih mengikuti gaya para idola barat tersebut ketimbang berqudwah dan berkiblat pada para istri nabi dan shahabiyaat.
Saat ini, kalau kita cermati, kecantikan merupakan segalanya bagi seorang wanita. Tampil cantik di tengah keramaian menjadi hal yang wajib. Bahkan, sebagian kaum hawa sampai menuhankan kecantikan sampai rela operasi plastik demi mendapatkan bentuk tubuh dan paras ayu yang lebih baik lagi. Kelakuan seperti ini sudah sangat menyimpang jauh dari apa yang diajarkan dalam Islam. Islam memang tidak menafikan nilai kecantikan dalam diri seorang wanita, bahkan kecantikan merupakan salah satu sifat yang diperahatikan dalam memilih seorang istri. Namun Islam juga memberi aturan untuk menjaga kecantikan tersebut supaya tidak bebas dijajakan untuk siapa saja. Nabi Muhammad saw bersabda, “Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (HR. Tirmidzi)

Dan bukan tanpa alasan Islam memberi batasan kepada kaum wanita dalam memperlihatkan kecantikannya. Bahkan hal itu untuk menjaga dan melindungi wanita dari bahaya yang bisa kapan saja menyerangnya. Allah swt berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 59:
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh bagian tubuh mereka.’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Kalau kita ingin mencermati lebih jauh lagi, sesungguhnya para wanita barat merasa tidak aman dengan gaya hidup yang mereka jalani. Bisa dilihat dari tingginya kasus pelecehan seksual, narkoba, broken home, dan bunuh diri di Negara-negara barat seperti Rusia, Amerika, dan lain-lain. Seorang penulis asal AS (Amerika Serikat) mengungkapkan langsung keprihatinannya terhadapa apa yang terjadi di tengah masyarakat AS saat ini. Dalam bukunya ia menulis, “Dari sisi budaya, kita saat ini berada dalam kondisi yang kritis. Saat ini pelbagai kasus yang terjadi di tengah masyarakat Barat seperti musik-musik yang merusak, munculnya pelbagai metode stimulan, hancurnya rumah tangga, meningkatnya single parent, kecanduan narkoba, dan tidak efektifnya lagi agama, telah menyulut kekhawatiran kaum perempuan dan remaja putri. Keinginan remaja putri saat ini berbeda dengan generasi terdahulu, generasi sekarang ingin lepas dari kebebasan yang menghancurkan dan ingin merasakan manisnya fitrah terlahir kembali.”
Jadi, tidak ada alasan untuk mengikuti gaya hidup wanita barat yang hanya mengutamakan nilai kecantikan semata. Di belakang semua kesenangan dan hingar bingar dunia yang ada dalam kehidupan mereka, sesungguhnya mereka merasakan kekosongan dan hampa yang sangat dalam. Itulah mengapa akhirnya mereka terus mencari kesenangan untuk menghilangkan ruang kosong dan hampa dalam hidup mereka. Padahal itu semua malah menambah kesengsaraan bagi mereka.
Seorang wartawan asal AS juga menuliskan kegundahannya akan pola kehidupan wanita barat dan kekagumannya akan sosok wanita muslimah. Dalam sebuah situs ia  menulis, “Mengapa kalian ingin meniru perempuan-perempuan yang telah menyesal atau akan menyesal, yang telah kehilangan hal-hal paling berharga dalam hidupnya? Tidak ada kompensasi atas kehilangan itu. Perempuan-perempuan Muslim adalah berlian tanpa cacat. Jangan biarkan hal demikian menipu kalian, untuk menjadi berlian imitasi. Karena semua yang kalian lihat di majalah mode dan televisi Barat adalah dusta, perangkap setan, emas palsu.”
Itulah pesan dan kesan kekaguman langsung dari seorang wanita barat untuk wanita muslimah, semoga bisa menjadi cermin dan semangat bagi kita semua untuk lebih bangga dengan identitas kita sebagai seorang wanita muslimah.

Penutup
Misi dan usaha para musuh Islam tidak akan berhenti sampai sini saja. Mereka akan terus dan terus mencari cara yang lebih tepat lagi untuk menghancurkan kejayaan umat Islam, untuk meniadakan Islam dan merebut kekuasaan Negara-negara dunia sebagai tanda besar kekuasaannya.
Sebagai wanita muslimah, yang menjadi salah satu incaran utama kaum barat, kita tunjukkan kepada mereka bahwa kita bukan wanita muslimah kolot yang menolak ideology mereka mentah-mentah, namun kita bukan juga wanita muslimah bodoh yang menerima gaya hidup mereka dengan tangan terbuka.
“Maka perempuan-perempuan yang shalih, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka.” (QS. An Nisa’: 34.

wallahu a’lam,

semoga bermanfaat.

*hasil siaran kajian keputrian mahasiswi-mahasiswi Al Ahgaff,
  disusun oleh: Balqis Aziziy

 

 

Saturday, August 9, 2014

PAKAIAN WANITA MUSLIM


Pakaian Wanita Dalam Islam

 

Allah Ta’ala berfirman:
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan kemaluan mereka. Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (terpaksa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka.” (QS. An-Nur: 31)
Perhiasan yang dimaksud adalah perhiasan yang digunakan oleh wanita untuk berhias, selain dari asal penciptaannya (tubuhnya).
Khimar adalah sesuatu yang digunakan oleh wanita untuk menutupi kepalanya, wajahnya, lehernya, dan dadanya.
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ مِنْ الْخُيَلَاءِ لَمْ يَنْظُرْ اللَّهُ إِلَيْهِ قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَكَيْفَ تَصْنَعُ النِّسَاءُ بِذُيُولِهِنَّ قَالَ تُرْخِينَهُ شِبْرًا قَالَتْ إِذًا تَنْكَشِفَ أَقْدَامُهُنَّ قَالَ تُرْخِينَهُ ذِرَاعًا لَا تَزِدْنَ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang memanjangkan kainnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya.” Ummu Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus dilakukan oleh para wanita dengan ujung pakaian mereka?” Beliau menjawab, “Kalian boleh memanjangkannya sejengkal.” Ummu Salamah bertanya lagi, “Jika begitu, maka kaki mereka akan terbuka!” Beliau menjawab, “Kalian boleh menambahkan satu hasta dan jangan lebih.” (HR. At-Tirmizi no. 1731 dan An-Nasai no. 5241)
Sehasta adalah dari ujung jari tengah hingga ke siku.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat: (1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang. (2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari begini dan begini.” (HR. Muslim no. 2128)
Makna ‘berpakaian tetap telanjang’ adalah: Dia menutup sebagian auratnya tapi menampakkan sebagian lainnya. Dan ada yang menyatakan maknanya adalah: Dia menutupi seluruh auratnya tapi dengan pakaian yang tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Lihat Syarh Muslim: 14/356

Penjelasan ringkas:
Ketiga dalil di atas menunjukkan wajibnya seorang muslimah untuk berhijab.
Hijab secara syar’i adalah seorang wanita menutupi seluruh tubuhnya dan perhiasannya, yang dengan hijab ini dia menghalangi orang asing (non mahram) untuk melihat sedikitpun dari bagian tubuhnya atau perhiasan yang dia pakai. Dan hijab ini bisa berupa pakaian dan bisa juga berupa berdiam di dalam rumah.

Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak tangan. Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:
1.    Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan sempurna kecuali jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh tubuhnya. Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap wajah merupakan sebab terbesar untuk memandang ke arahnya.
2.    Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya kepada non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa disembunyikan, semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan perhiasan luar (selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak tangan yang merupakan perhiasan yang melekat pada diri seorang wanita lebih wajib lagi untuk disembunyikan.
3.    Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-dada mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya. Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya secara otomatis wajah tertutup oleh khimar tersebut.
Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama. Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dada-dada mereka,” mereka merobek kain-kain mereka lalu menjadikannya sebagai khimar.”
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Ucapan ‘mereka lalu menjadikannya sebagai khimar’, yakni: Mereka menggunakannya untuk menutupi wajah-wajah mereka.” (Lihat Fath Al-Bari: 8/489)

Adapun hadits Ibnu Umar di atas, maka dia menjelaskan mengenai beberapa perkara:
1.    Kaki wanita adalah aurat yang wajib ditutup.
2.    Larangan isbal hanya berlaku bagi lelaki dan tidak berlaku bagi wanita.
3.    Panjang maksimal pakaian wanita adalah sehasta dari mata kaki, tidak boleh lebih dari itu.

Sementara hadits Abu Hurairah menjelaskan tentang syarat-syarat hijab dan hijab secara umum, yaitu:
1.    Hijab tidak boleh tipis sehingga menampakkan apa yang ada di baliknya.
2.    Hijab tidak boleh ketat sehingga membentuk lekukan tubuhnya.
3.    Haramnya wanita berjalan dengan berlenggok, karena itu merupakan bentuk menampakkan perhiasannya.
4.    Wajibnya wanita menjaga kehormatan dan rasa malu mereka.
5.    Menutup sebagian tubuh dan menampakkan sebagian tubuh yang lain sama saja dengan telanjang.

[referensi: Hirasah Al-Fadhilah karya Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid]

 

LIBERALISASI FASHION


Liberalisasi Fashion: Propaganda Zionis Yahudi Paling Jitu

JAKARTA (voa-islam.com)Siapa nyana, fashion menjadi bahasa yang diterima siapa saja, dan menjadi salah satu proganda yang dipakai berabad-abad lamanya sebagai proses perubahan sebuah kultur.

“Saya sangat percaya, jika fashion menjadi propaganda dan ditunggangi oleh Zionis Yahudi, yang ketika di era renaissance yang relative tertutup, dan dengan  alasan kebebasan berkespresi, diciptakanlah rok mini. Padahal dulu di negeri Barat sekalipun, masyarakatnya telah menutup auratnya, tapi ketika ada peran Yahudi di belakangnya, fashion menjadi proganda  yang sangat halus, tidak terlihat politis, tapi semua orang bisa menguikutinya,” kata Ketua World Muslimah, Eka Shanty kepada voa-islam, di Jakarta.  

Dulu, kata Eka, tidak ada rok mini, tapi kemudian dengan dalih tren, anak-anak dan remaja di kampung-kampung, termasuk kaum ibunya, tanpa peduli cocok atau tidak, mereka kenakan pakaian mini.

Begitu juga dengan tato,  dengan alasan artistic dan estetik, serta trend, akhirnya anak-anak kita ingin bertato. “Karenanya, bahaya fashion ini harus diwaspadai oleh para pemuka agama, mengingat ada propaganda yang disisipkan di dalamnya.”

Termasuk, lanjut Eka Shanty, fenomena yang terjadi dalam dunia hijab saat ini. Dulu di tahun 80-90an, hijab dianggap aneh. Tapi kini, tendensi hijab semakin tinggi, bahkan hijab community kian banyak bermunculan. Dalam perjalanannya, ternyata ada suatu degradasi atau pergeseran, dimana hijab bukan lagi wujud dari nilai-nilai ruhiah, tapi hanya sekedar akulturasi dari sifat mode, atau sekedar mode belaka. Fenomena ini sedang terjadi di Indonesia.

Muara dari liberalisasi fashion adalah upaya pendangkalan akidah. Ketika fashion menjadi alat proganda yang paling jitu, tanpa terasa ibu-ibu merelakan anaknya yang masih kecil untuk tampil sebagai model yang  mengenakan pakaian seksi. “Jadi pendangkalan akidah melalui fashion sangat bisa.”

Eka Shanty mengaku banyak belajar dari Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Dikatakan, bahwa busana muslimah sekarang ini bukan menutup aurat tapi masih sebatas membalut aurat. Ada yang berhijab, tapi seksi. Tidak cukup mengatakan, lebih baik menutup aurat daripada tidak. Karenanya, sangat disayangkan jika muncul genre baru,  berhijab tapi seksi. Tapi, saya yakin semua akan berproses untuk menuju hijab yang syar’i. [desastian]

 

ARTI HIJAB BAGI KAUM YAHUDI






Kerudung dalam Tradisi Yahudi & Kristen

 

 

Menarik sekali statemen Menteri Dalam Negeri Italia Giulliano Amato, beberapa waktu lalu menjawab tuntutan dari kelompok ekstrim sekuler di Italia yang menginginkan agar dikeluarkannya larangan berkerudung bagi Muslimah di Italia. Ia mengatakan demikian, "Ketika Bunda Maria senantiasa memakai kerudung, lalu bagaimana bisa kalian berharap dari saya untuk menentang kerudung kaum Muslimah?"

Dan Amato menambahkan, "Bunda Maria adalah ibu dari nabi kita Isa al-Masih dan senantiasa memakai kerudung. Bila demikian kenyataannya, bagaimana mungkin saya menyetujui pelarangan kerudung di negara ini."

Wanita memakai busana longgar panjang dari leher hingga kaki dan memakai kerudung penutup kepala adalah suatu keumuman dari zaman ke zaman sebelum Rasulullah.  Ini terbukti dalam Bibel pun ada anjuran tegas mengenai kerudung. Dan kali ini kita akan bahas satu-persatu bagaimana pandang-an kedua agama tersebut (Yahudi & Kristen) memandang kerudung (penutup kepala).

Kerudung dalam Tradisi Yahudi
Seorang pemuka agama Yahudi, Rabbi Dr. Menachem M. Brayer, Professor Literatur Injil pada Universitas Yeshiva dalam bukunya, The Jewish woman in Rabbinic Literature, menulis bahwa baju bagi wanita Yahudi saat bepergian keluar rumah yaitu mengenakan penutup kepala yang terkadang bahkan harus menutup hampir seluruh muka dan hanya mening-galkan sebelah mata saja. Dalam bukunya tersebut ia mengutip pernyataan bebera-pa Rabbi (pendeta Yahudi) kuno yang terkenal: 

 

"Bukanlah layaknya anak-anak perempuan Israel yang berjalan keluar tanpa penutup kepala" dan "Terkutuklah laki-laki yang membiarkan rambut istrinya terlihat," dan "Wanita yang membiarkan rambutnya terbuka untuk berdandan membawa kemelaratan."


Hukum Yahudi melarang seorang Rabbi untuk memberikan berkat dan doa kepada wanita menikah yang tidak menutup kepalanya karena rambut yang tidak tertutup dianggap “telanjang". Dr Brayer juga mengatakan bahwa "Selama masa Tannaitic, wanita Yahudi yang tidak menggunakan penutup kepala dianggap penghinaan terhadap kesopanannya. Jika kepalanya tidak tertutup dia bisa dikenai denda sebanyak empat ratus zuzim untuk pelanggaran tersebut."
Kerudung juga menyimbolkan kondisi yang membedakan status dan kemewahan yang dimiliki wanita yang menge-nakannya. Kerudung kepala menandakan martabat dan keagungan seorang wanita bangsawan Yahudi.

Oleh karena itu di masyarakat Yahudi kuno, pelacur-pelacur tidak diperboleh-kan menutup kepalanya. Tetapi pelacur-pelacur sering memakai penutup kepala agar mereka lebih dihormati (S. W. Schneider, 1984, hal 237).
Wanita-wanita Yahudi di Eropa menggunakan kerudung sampai abad ke 19 hingga mereka bercampur baur dengan budaya sekuler. Dewasa ini, wanita-wanita Yahudi yang shalih tidak pernah memakai penutup kepala kecuali bila mereka mengunjungi sinagog (gereja Yahudi) (S.W.Schneider, 1984, hal. 238-239).

Kerudung dalam Tradisi Kristen
Hingga saat ini para Biarawati Katolik menutup kepalanya secara keseluruhan. Di Indonesia sebelum tahun 80-an pakai-an biarawati adalah jilbab, pakaian pan-jang longgar dari leher hingga menutup kaki serta berkerudung yang menutup leher dan dada (masih ingat telenovela Brazil, Dolcemaria). Namun era 80-an ke atas, jubah biarawati berubah menjadi pakaian panjang hanya sampai betis. Kerudung panjang menutup dada ber-ubah menjadi kerudung hanya penutup rambut dan leher terbuka.

Padahal menutup kepala atau ber-kerudung, adalah sebuah tuntunan dalam Bibel yang sudah ada sejak zaman sebe-lum Nabi Muhammad SAW.

 

I Korintus 11:5 Tetapi tiap-tiap perem-puan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perem-puan yang dicukur rambutnya.

 

I Korintus  11:13 Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepa-da Allah dengan kepala yang tidak bertudung?


Bukan hanya itu, pernyataan St. Paul (atau Paulus) yang lain tentang kerudung adalah pada I Korintus 11:3-10. St Tertulian di dalam risalahnya "On The Veiling Of Virgins" menulis:

 

 "Wanita muda hendaklah engkau mengenakan kerudung saat ber-ada di jalan, demikian pula hendaknya engkau mengenakan di dalam gereja, mengenakannya saat berada di antara orang asing dan mengenakannya juga saat berada di antara saudara laki-lakimu."


Di antara hukum-hukum Canon pada Gereja Katolik dewasa ini, ada hukum yang memerintahkan wanita menutup kepalanya di dalam gereja (Clara M Henning, 1974, hal 272)

 

 

Sebaiknya Anda Tahu  

Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center

 

Monday, March 31, 2014

MARYAM JAMILAH







In Memoriam Maryam Jamilah: Muslimah Bersenjata Pena Tajam

AntiLiberalNews - Pernahkah Anda bayangkan sekarang ada seorang anak Indonesia berumur 14 tahun menulis sebuah novel bermutu tentang negara lain—yang dia tak pernah kunjungi—serta tentang agama selain agamanya? Sepertinya tidak ada!

Banyak anak Indonesia umur 14 kerjaannya hanya gaul, pacaran, tawuran, nonton TV atau mengonsumsi narkoba! Dan banyak yang tidak  tertarik pada agamanya apalagi agama orang lain.

Sementara seorang tokoh Muslimah terkenal, Maryam Jamilah menulis novel bermutu “Di Tepian Jalur Gaza”, pada usia 14 tahun dalam kondisi yang saya sebutkan di atas. Ia belum pernah ke Palestina dan ia masih menganut Yahudi, tapi novelnya mengritik orang Yahudi dan membela orang Islam Palestina.

 

Sebenarnya siapa Maryam Jamilah ini? Maryam Jamilah dilahirkan di Westchester, New York, pada tahun 1934. Ia dilahirkan dengan nama Margret Marcus.Waktu kecil ia mempunyai nama panggilan yang lucu, Peggy, padahal yang bernama Margaret atau Margret biasanya di Amerika dipanggil Maggy. Gadis yang berasal dari suatu keluarga Yahudi yang mukim di New York ini memang lain sejak awalnya.

Demi memuasi dahaganya akan kebenaran hidup, sejak masa-masa remajanya yang paling dini ia telah sekian kali berpindah dari suatu “pusat kerohanian” ke “pusat kerohanian” lainnya. Dari yang sepenuhnya bersifat keagamaan hingga tak kurang dari yang bersifat agnostik, atau malah atheistik sama sekali.

Juga, berbeda dengan remaja-remaja New York sebayanya, Margret, gadis ini,mengharamkan bagi dirinya segala sesuatu yang disebut sebagai “sumber kenikmatan hidup”, seperti pergaulan bebas, pesta-pesta, mode, minuman keras, merokok dan ajojing. Justru di saat yang sering disebut sebagai “masa-masa yang paling indah” dalam kehidupan seseorang.

Sebagai gantinya, ia benamkan dirinya dalam tumpukan buku-buku yang terhitung “berat” bagi kebanyakan orang, apalagi bagi remaja seumurnya, seperti: agama, filsafat, psikologi dan sebangsanya.

Ketertarikan Margret pada Islam dimulai ketika ia berumur 10 tahun. Pada umur itu ia mengikuti “Sekolah Minggu” yang diadakan oleh seorang Yahudi Reformis.Ia sangat terkagum-kagum dengan hubungan sejarah antara Arab-Yahudi. Dari buku-buku teks Yahudi, Margret mempelajari bahwa Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Arab sekaligus bangsa Yahudi.

Margret membaca bahwa pada beberapa abad setelah Ibrahim wafat yaitu pada abad pertengahan, di Eropa, umat Kristen tidak mempunyai toleransi terhadap orang-orang Yahudi. Orang-orang Kristen juga menyiksa, membunuh, bahkan, membantai umat Yahudi.

Hal ini berbeda secara diametral dengan yang terjadi di negara Islam Spanyol (Andalusia), kala itu. Di sana  umat Islam  ‘welcome’ terhadap orang-orang Yahudi. Toleransi kaum Muslimin dan negara Islam sangat mengagumkan dalam sejarah. Orang-orang Yahudi boleh bekerja, bebas dalam perdagangan atau bahkan di jajaran pemerintahan. Di mata Margret atau Peggy kecil, ini adalah keluhuran budi dan peradaban yang tinggi.

 

Dalam sejarah diketahui bahwa peradaban Islam mengalami kejayaan tertinggi pada masa Negara Islam Andalusia ini—Spanyol sekarang.

Negara Islam bukan cuma tidak membunuhi orang-orang Yahudi, tapi justru merangsang tumbuhnya kebudayaan dan peradaban Yahudi sehingga pada tingkat pencapaian yang tertinggi dan mencapai puncaknya. Kenyataan ini membuat Margret terkagum-kagum pada Islam.

 

Pada saat itu Margret masih lugu, polos, bahkan naif. Margret berpikir bahwa Yahudi “pulang” ke Palestina untuk memperkuat ikatan keluarga mereka dengan sepupu dekatnya sesama Semit yaitu bangsa Arab. Hal ini wajar malahan bagus, menurut Margret, karena mereka keluarga dekat dalam agama dan budaya.

Margret meyakini  bahwa Yahudi dan Arab akan bekerja sama guna mencapai masa kejayaan yang berikut seperti yang terjadi di negara Islam Andalusia. Masa kejayaan kedua peradaban  itu, yang kali ini menurut keyakinan Margret akan diwujudkan di Timur Tengah.

Keyakinan ini membuat Margret semakin terkagum-kagum pada Islam dan hubungan bersejarah Arab-Yahudi. Kebalikan dari itu, Margret sangat tidak bahagia di “Sekolah Minggu”. Pada masa ini Margret mengidentifikasikan dirinya secara kuat dengan orang-orang Yahudi di Eropa.

Kemudian terjadilah pembantaian besar-besaran terhadap Yahudi oleh Nazi. Margret terkejut bukan alang-kepalang. Dan ia sangat marah ketika tak seorang pun anggota masyarakat  Yahudi bereaksi terhadap persoalan ini.

Menurut keyakinan Margret, masalah persaudaraan Yahudi ini adalah masalah agama yang sangat penting. Ternyata tak seorang pun peduli. Nyatanya, memang, masyarakat Yahudi di lingkungan sekitar Margret tidak peduli pada agamanya, apalagi taat.

Sebut misalnya pada acara keagamaan di Sinagog, anak-anak malah membaca komik yang disembunyikan di balik kitab suci. Anak-anak juga tertawa-tawa mengejek dan mencemooh ketika ritual agama berlangsung. Anak-anak sebaya Margret sangat ribut dan tidak patuh kepada guru. Apalagi kalau para guru itu tidak mampu mendisiplinkan dan mengatur kelas.

Di rumah Margret suasana mempelajari dan mengamalkan agama Yahudi juga tidak lebih menyenangkan. Kakak perempuan Margret sangat membenci “Sekolah Minggu”. Apalagi “Sekolah Minggu” dianggap mengganggu waktu tidur dan santainya di hari libur.

Ibu Margret benar-benar menyeret (dalam arti harfiah) sang kakak dari tempat tidur pada pagi hari, setelah mengguncang-guncang badannya begitu keras. Sang kakak selalu bangun dengan sumpah serapah dan menangis menjerit-jerit.

Akhirnya, orang tua Margret capek menghadapi sang kakak dan membiarkannya berhenti dari “Sekolah Minggu”. Pada hari raya Yahudi alih-alih hadir di Sinagog dan puasa Yom Kippur, Margret dan kakaknya malahan bolos dan kabur. Mereka malah piknik lalu makan-makan di restoran bagus. Sambil cekikikan tentunya.

Ketika orang tuanya yakin bahwa Margret dan kakaknya sangat parah bandelnya di “Sekolah Minggu”, sang ortu masuk ke organisasi agnostik (humanis dan kemanusiaan) Yahudi. Mereka juga memindahkan kedua anaknya yang bandel ke “Sekolah Minggu” milik organisasi ini.

Organisasi ini dikenal luas sebagai organisasi humanis dengan nama “The Ethical Culture Movement” (Gerakan Kebudayaan Etis). “The Ethical Culture Movement” didirikan pada akhir abad ke-19 oleh Felix Adler.

Ketika belajar menjadi Rabbi, Felix Adler tumbuh keyakinannya akan relativitas ibadah agama. Ibadah agama dan nilai-nilai etika, menurut Adler, adalah relatif dan buatan manusia belaka.

Penyembahan kepada Tuhan atau Dewa serta supranaturalisme atau Theologi, tidaklah relevan lagi, menurutnya. Agama sudah tidak pantas lagi dalam dunia modern, kata Adler.

Margret mengikuti “Sekolah Minggu” versi Adler ini, lengkap dengan ajaran-ajaran Adler tentunya. Setiap minggu Margret dengan rajinnya mengikuti sekolah ini, berbeda dengan “Sekolah Minggu” sebelumnya. Margret pun akhirnya lulus dari sekolah ini pada umur 11 tahun.

Sejak saat itu Margret meremehkan dan mencemoohkan upacara-upacara tradisional, penyembahan-penyembahan, peribadatan-peribadatan, dan agama yang terorganisasi.

Pada masa remaja inilah Margret sangat terpengaruh oleh filsafat humanistik. Ia juga menjadi atheis. Apalagi pada masa itu seorang atheis dianggap sebagai seorang yang terdidik. Ketika masa-masa atheis ini, yaitu pada umur 12 tahun, petualangan Margret sangat hebat di dunia intelektual.

Di usia ini, banyak buku dan terutama ensiklopedi, dilahapnya. Ia juga gandrung membaca buku tentang dunia Arab dan Islam. Ia membaca buku TheLance of Kanana karya Harry W. French, sebuah buku yang menceritakan seorang anak Badui.

Ia juga membaca buku Boy of The Desert karya Eunice Tietjiena yang menceritakan seorang anak yang bernama Abdul Aziz. Buku Camel Bells: A Boy from Baghdad yang bertutur tentang seorang anak Irak yang diangkat oleh keluarga Badui pun dilahapnya.

Buku-buku inilah yang mengilhami Margret untuk membuat cerita tentang kehidupan seorang anak di desa kecil di kamp pengungsi Palestina, “Ahmad Khalil”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Di Tepian Jalur Gaza”. Buku ini ditulis pada usia 14 tahun! Bukan Main!

Sejalan dengan kedewasaan dan kematangan Margret secara intelektual, ia mulai tidak puas dengan atheisme. Ia merasa ada sesuatu yang kurang.Ia memulai pencarian baru. Ia kembali mencari identitas diri. Ia pun memasuki kelompok Baha’iyah atau Baha’i di New York. Kelompok ini bernama “The Caravan of East and West” (Karavan Timur dan Barat).

Kelompok ini dipimpin oleh seorang Persia yang bernama Mirza Ahmed Sohrab. Sohrab pun memberitahu Margret bahwa ia pernah menjadi sekretaris Abdul Baha, sang pendiri Baha’i.

Pada awalnya Margret tertarik pada Baha’i karena keaslian Islamnya, menurut Margret. Ia juga tertarik dengan ajarannya tentang kesatuan umat manusia (ummatan wahidatan). Tetapi kemudian Margret menemukan betapa buruk pengamalan ide-ide Baha’i oleh penganutnya.

Margret kemudian keluar dari Baha’i atau setahun setelah ia masuk. Ia merasa sakit hati, sedih, marah, dan kecewa karena merasa tertipu. Pada umur 18 tahun Margret menjadi anggota cabang gerakan keagamaan Zionis remaja. Gerakan ini dikenal dengan nama Mizrachi Hatzair.

Beberapa bulan kemudian ketika Margret mengetahui seperti apa Zionisme sebenarnya, Margret keluar dengan muak dan jijik. Ia yang selama ini menyangka bahwa Zionisme adalah gerakan persaudaraan dan kerja sama Arab-Yahudi, menjadi marah, kaget, dan kecewa. Ia akhirnya mengetahui borok Zionisme yang hanya membuat-buat dan mencari-cari permusuhan dan peperangan dengan bangsa Arab.

Pada umur 20 tahun Margret kuliah di Universitas New York. Salah satu mata kuliahnya adalah “Judaisme in Islam” (Ajaran Yahudi dalam Islam). Dosen Margret, Rabbi Abraham Issac Katsh, Ketua Jurusan Studi-studi Hebrew, tidak perlu capek-capek meyakinkan mahasiswanya bahwa Islam itu mencontek dari Yahudi. Mayoritas mahasiswanya yang ingin menjadi Rabbi langsung menyetujuinya. Buku teks di kuliah itu yang ditulis oleh sang dosen dengan judul “Took each verse from the Qur’an” sungguh-sungguh menyatakan tanpa bukti bahwa ayat-ayat Qur’an bersumber dari ajaran-ajaran Yahudi.

Meskipun maksud Profesor sebenarnya ingin membuktikan kepada mahasiswa superioritas Yahudi atas Islam, Margret malah menjadi yakin akan hal yang sebaliknya. Justru Islam dan Yahudi bersumber dari Tuhan yang sama. Dan karena Islam lahir belakangan, maka ia merevisi ajaran-ajaran Yahudi. Orang Yahudilah yang harus mengikuti Islam, demikian menurut Margret.

Usaha-usaha Zionisme yang menyuruh orang-orang Yahudi berimigrasi ke Palestina adalah kolusi antara kekuatan politik dengan pengusaha-pengusaha real estate, demikian dalam benak Margret. Tidak ada landasannya dalam kitab Talmud, menurutnya lagi. Kalaupun ada, itu adalah distorsi disebabkan kolusi. Yang sebenarnya adalah tidak ada.

Fusi antara nasionalisme Yahudi dengan agama ternyata malah memiskinkan orang-orang Yahudi secara spiritual, demikian Margret. Eksklusivitas yang rigid dari Yahudi juga menjadi penyebab pembantaian umat lain terhadap orang-orang Yahudi.

Menurut Margret, kalau orang-orang Yahudi inklusif dan toleran pasti mereka tidak akan dibantai sepanjang sejarah umat manusia. Margret pun menjadi sadar bahwa Zionisme adalah kombinasi antara rasisme, Tribalisme Yahudi, dan nasionalisme sekuler modern.

Melihat ketidakadilan yang dilakukan oleh PBB dalam mengatasi hubungan Arab-Yahudi di Palestina hati Margret menjadi tambah tidak yakin dengan agama Yahudi. Ia tidak betah dan tidak kuat lagi mengaku sebagai orang Yahudi. Ia melihat kecurangan-kecurangan PBB yang disogok gerakan Zionisme melalui Lobby Yahudi Amerika. Ia menjadi sangat malu sebagai orang Yahudi.

Semakin Margret mengikuti kuliah Profesor Katsh, semakin Margret tidak meyakini agamanya. Margret kian merasa agama Yahudi banyak cacatnya. Apalagi sudah beberapa bulan Margret membaca Al Qur’an dan Hadits. Margret membandingkan Al-Qur’an dengan Talmud. Ia merasa Al-Qur-an lebih sempurna, lebih logis, dan lebih argumentatif dibanding Talmud.

Dan pada pagi hari di bulan November 1954, Margret masuk Islam. Keluarga Margret menghalang-halangi keinginan Margret masuk Islam. Dengan banyak argumen mereka menyuruh Margret keluar dari Islam.

Keluarga Margret memperingatkan bahwa Islam akan menyulitkan hidup Margret. Mereka berpendapat bahwa Islam tidak seperti Yahudi dan Kristen yang menjadi bagian sejak Amerika berdiri. Mereka memberitahukan bahwa Islam akan membuatnya terasing. Terasing dari keluarga dan terisolasi dari masyarakat.

Pada masa itu keyakinan Margret akan Islam belum terlalu kuat. Ia pun tidak tahan terhadap tekanan-tekanan dari keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Sebagai hasil dari kekacauan dalam diri Margret, jiwa dan pikirannya terganggu. Ia pun harus DO dari kuliahnya. Selama dua tahun Margret tinggal di rumah di bawah perawatan medis. Tetapi kesehatan jiwanya semakin memburuk.

Dalam keputusasaan sejak tahun 1957-1959 orang tua Margret memasukkan Margret ke rumah sakit jiwa pemerintah dan RSJ Swasta. Di RSJ pemerintah ini Margret berjanji apabila ia benar-benar sembuh dan dipulangkan dari RSJ ini ia akan memeluk Islam dengan seyakin-yakinnya.

Orang tua Margret tetaplah orang tua. Mereka sangat menyayangi anaknya. Mereka tidak ingin anaknya tambah parah sakitnya. Mereka ingin anaknya cepat sembuh. Mereka tidak tega melarang Margret untuk masuk Islam. Mereka pun berjanji kepada Margret, kalau Margret benar-benar sembuh, ia akan dibolehkan masuk Islam. Limpahan kasih sayang dari orang tua Margret sangat efektif menyembuhkan sakit jiwa yang diderita Margret.

Akhirnya Margret  dibolehkan pulang pada tahun 1959. Setelah kembali ke rumah, ia mencari-cari peluang untuk bertemu kaum Muslimin di New York. Ia terus berdoa selain berusaha.

Doa Margret dikabulkan oleh Allah Yang Maha Penyayang, terutama kepada hambanya yang mau menepati janjinya ketika di alam ruh. Margret berhasil mempunyai kenalan Muslimin dan Muslimah. “Mereka adalah orang-orang yang paling baik,” demikian pendapat Margret.

Pada tahun 1961 di usianya yang ke-27, Margret masuk Islam lagi. Ia bersyahadat disaksikan oleh Syekh Daud Ahmad Faisal dan berganti nama menjadi Maryam Jamilah.

Maryam juga mulai menulis banyak artikel untuk pers Islam di Amerika. Sebelum berkenalan dengan tokoh-tokoh Islam Maryam selalu menderita. Kalimat perpisahan pada deritanya baru bisa ia ucapkan setelah ia mengenal Sayyid Abul A’la al-Maududi, seorang imam besar umat yang tinggal di Pakistan.

Mulai dari surat-menyurat yang mengharukan antara seorang bapak dengan putrinya, antara seorang Muslimah intelektual dengan ulama besar yang ternyata sama sekali bersesuaian pendapat ini, akhirnya mentas-lah dari gadis ini seorang Maryam Jamilah yang tegar.

Ternyata sebelum mengemukakan pendapat mereka masing-masing, cara berpikir mereka sudah sama. Dalam surat pertama Maududi kepada Margret yang merupakan surat balasan, Maududi menulis:

“Ketika saya membaca surat dan artikel Anda, saya merasa membaca ide-ide saya sendiri. Saya harap perasaan Anda akan sama ketika Anda mempunyai kesempatan mempelajari bahasa Urdu dan membaca buku-buku saya. Walaupun dalam kenyataannya kita belum pernah berkenalan sama sekali. Kebulatan suara satu sama lain dari kita dalam pemikiran bisa disimpulkan langsung. Faktanya adalah bahwa kita berdua mempunyai sumber inspirasi yang sama dan satu: Islam.”

Berkat ketekunan, semangatnya dan hidayah Allah SWT, sebentar saja namanya telah bisa disejajarkan dengan ulama-ulama besar terkemuka di dunia Islam, menyusul rekan-rekannya sesama muallaf lain yang juga sahabat pena Margret seperti: Marmaduke Pickthall, Muhammad Asad, T.B. Irving dan lain-lain.

Sebelum masuk Islam pun Maryam sudah merasa bahwa integritas keagamaan di dunia kontemporer mempunyai ancaman yang sangat besar. Ancaman ini disebut gerakan modernisasi Barat. Gerakan ini bermaksud mencampur pengajaran agama dengan reformasi dan filsafat buatan manusia. Kalau si pemeluk agama itu punya filter yang kuat hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi kalau tidak? Tentu bermasalah!

Mengapa Maryam atau Margret berpendapat demikian? Ketika kecil dan remaja ia mengalaminya sendiri. Keluarganya yang kurang taat pada agama Yahudi semakin hancur keyakinannya karena modernisasi Barat. Mereka akhirnya hanya “Yahudi KTP” saja. Organisasi yang berkedok Yahudi reformis yang pernah ia masuki pun sami mawon. Malah organisasi inilah yang membuatnya menjadi atheis.

Ketika masuk Islam lagi Margret yang mengganti namanya menjadi Maryam Jamilah terkejut pula melihat kenyataan, banyak sarjana Muslim didikan Barat yang ragu-ragu dengan ajaran Islam. Antara lain mereka mengatakan bahwa ajaran Islam mencontek dari ajaran Yahudi.

Maka, Maryam pun ingin memerangi ini melalui tulisan. Abul A’la al-Maududi sangat mendukung rencana Maryam ini. Maryam menulis banyak artikel di majalah The Islamic Review dan The Muslim Digest. Di antara artikel itu terdapat tulisan berjudul “Sebuah Kritikan terhadap buku Islam in Modern History” (buku itu dikarang oleh Wilfred Cantwell Smith).

Artikel lain berjudul “Kritik terhadap buku Reinterpretation of Islam” berisi kritik atas buku karangan Asaf A. Fyzee (wakil rektor Universitas Kashmir). Buku ini berbicara tentang Islam yang diungkapkan menjadi etika kosong yang tidak memberi dampak kepada pembentukan masyarakat dan kebudayaan (terbit tahun 1960).

Sama seperti Maududi, Maryam juga mengritik Sosiolog Turki Ziya Gokalp. Di Indonesia Buya Dr Mohammad Natsir juga mengritik Ziya Gokalp dalam polemik dengan Soekarno. Memang pemikiran Ziya seperti apa, kok banyak yang mengritik?

Ziya mengatakan bahwa nasionalisme dan sekularisme cocok dengan Islam. Sudah pasti tokoh-tokoh Islam di atas tidak setuju. Maryam juga membantah pendapat Sir Sayyid Ahmad Khan yang sangat mengagung-agungkan ilmu pengetahuan dan filsafat Eropa. Ia juga mengkritik para pembaru Mesir seperti Muhammad Abduh dan Taha Husain. Ia menentang pula Presiden Tunisia Habib Bourguiba (memerintah 1957-1987) yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan merupakan penghalang pembangunan ekonomi Tunisia.

Pada tahun 1962, atas tawaran Al-Maududi, Maryam Jamilah pindah ke Pakistan dan menetap di Lahore sebagai anggota keluarga Al-Maududi. Setahun kemudian ia menikah dengan Yusuf Khan, seorang pengurus harian Jami’at Islami, gerakan Islam yang didirikan Maududi pada tahun 1941.

Pena Maryam sangat tajam menusuk, membedah, dan memreteli peradaban Barat yang berlawanan dengan peradaban Islam. Buku-buku Maryam yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya: ‘Islam dalam Kancah Modernisasi’, ‘Menjemput Islam’, ‘Para Mujahid Agung’, dan ‘Di Tepian Jalur Gaza’.

Kini, Maryam Jamilah telah tiada, baru saja meninggalkan kita, dalam usia 78 tahun, memenuhi panggilan Rabb-nya. Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya. Dan, mudah-mudahan Allah semakin memperbanyak Mujahid-Mujahidah yang berjuang melalui pena seperti anjuran Ziaudin Sardar, melakukan “Jihad Intelektual”. Wallahu A’lam bish Shawab.

 

Sumber: Salam-Online

 

SIAPA JODOH KITA






Siapa Jodoh Kita?

Remaja yang berada dalam lingkungan 19 hingga awal 20an selalunya sering memikirkan tentang jodoh. Jodoh merupakan antara perkara yang sering bermain di dalam fikiran selain daripada pelajaran, keluarga, amal ibadat serta minat peribadi masing-masing. Sebab itu, tak mustahil untuk kita melihat ramai di antara kita yang sudah kecundang dalam percintaan. Kecewa bagai dunia ingin kiamat. Segala-galanya dirasakan tidak kena. Dialah yang paling malang di dalam dunia ini pada anggapannya. Dia akan merasa sudah tidak bermakna lagi hidup di dunia. Bekas kekasih pula dilihat begitu bahagia dengan hidup baru. Akhirnya yang ditinggalkan kecewa dan sedih bagai nak rak.

 

Itu salah satu contoh yang menujukkan betapa remaja begitu obses dengan cinta sesama manusia. Teringat satu ungkapan.

 

**********************************************************************************

 

"Manusia suka harta tetapi lupa pada amalan
Manusia suka rumah tetapi lupa pada kubur
Manusia suka bercinta tetapi lupa pada neraka
Manusia suka berbalah tetapi lupa pada syurga
Manusia suka manusia tetapi lupa pada Pencipta"

 

Yang selalu berlaku di kalangan kita adalah kita boleh menjadi begitu obses untuk mencintai manusia. Tetapi jarang sekali malah sentiasa terleka daripada meletakkan cinta dan rindu kita yang paling agung kepada Yang Maha Esa. Ramai yang bercinta, tetapi solat lintang pukang. Ramai yang bercinta, tetapi aurat tidak dijaga. Ramai yang bercinta tetapi ikhtilat entah ke mana. Ini membuktikan betapa kita lebih mencintai manusia daripada mencinta Yang Mencipta manusia tersebut.

 

Situasi lain, kadangkala pula kita sering terfikir yang si A mungkin sesuai untuk kita. Esoknya pula, si B pula yang mungkin sesuai untuk kita. Keesokan hari, si C pula. Terus berlanjutan hingga berapa ramai, tak tahulah. Ini juga masalah. Sampai boleh jadi pening kalau tidak mampu dikawal.

 

Dalam hal ini, apa yang kita perlu faham dan sedar adalah jodoh dan rezeki setiap daripada kita sudah ditetapkan Allah sejak di Lauh Mahfuz lagi. Bercintalah bagai nak rak, kalau Allah katakan tidak akan bersatu, akan kecundang juga percintaan yang pernah menjadi begitu romantis. Dalam hal ini, kita semua perlulah percaya pada kuasa Allah. Di sinilah, iman dan Islam kita diiuji. Sama ada kita percaya pada janji Allah ataupun tidak.

 

Selagi belum ada dalam pemikiran untuk berumahtangga, jauhilah cinta sebelum nikah. Jika diri sudah bersedia, lain ceritanya. Lebih banyak perjuangan yang mesti dilakukan remaja-remaja kita selain daripada memikirkan soal cinta. Islam dan dakwah perlu diperkasakan. Kebudayaan kemanusian kita wajib dipulihkan. Ummah kita perlu diislahkan. Bumi Palestin perlu dibebaskan. Hudud perlu ditegakkan. 

 

Banyak lagi perjuangan kita wahai sahabat. Utamakanlah yang mana lebih penting. Pasti, Allah akan membalasnya dengan seorang bidadari ataupun sorang putera yang setimpal untuk kita.

 

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga)."

(An-Nur:26)

 

Sunday, March 30, 2014

BEBERAPA HADIST TENTANG WANITA


BEBERAPA HADIST RASULULLAH TENTANG WANITA

Hadits adalah perkataan dan
perbuatan dari Nabi Muhammad SAW.
Hadits sebagai sumber hukum dalam
agama Islam memiliki kedudukan
kedua pada tingkatan sumber hukum
di bawah Al-Qur’an.

Pada kesempatan kali ini ane berbagi info tentang beberapa hadist rasulullah untuk wanita dan kehebatan wanita dalam islam

 

1. Doa perempuan lebih makbul
daripada lelaki kerana sifat
penyayangnya yang lebih kuat
daripada lelaki. Ketika ditanya kepada
Rasulullah s.a.w. akan hal tersebut,
jawab Baginda s.a.w., “Ibu lebih
penyayang daripada bapa dan doa
orang yang penyayang tidak akan sia-
sia”.

2.Abdullah bin Amr radhiallahu
‘anhuma meriwayatkan sabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam:

“Sesungguhnya dunia itu adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasan
dunia adalah wanita shalihah.” (HR.
Muslim no. 1467)

3. Apabila seseorang perempuan mulai
sakit hendak bersalin, maka Allah
s.w.t. mencatatkan baginya pahala
orang yang berjihad pada jalan Allah
s.w.t.

4. Ketika Umar ibnul Khaththab
radhiallahu’anhu bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam:

“Wahai Rasulullah, harta apakah yang
sebaiknya kita miliki?” Beliau
Shallallahu’alaihi wa sallam
menjawab:

“Hendaklah salah seorang dari kalian
memiliki hati yang bersyukur, lisan
yang senantiasa berdzikir dan istri
mukminah yang akan menolongmu
dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu
Majah no. 1856, dishahihkan Asy-
Syaikh Al Albani rahimahullah dalam
Shahih Ibnu Majah no. 1505)

5. Apabila telah lahir anak lalu
disusui, maka bagi ibu itu setiap satu
tegukan daripada susunya diberi satu
kebajikan.

6. Asy-Syaikh Abdurrahman bin
Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata:

“Tugas seorang istri adalah
menunaikan ketaatan kepada Rabbnya
dan taat kepada suaminya, karena
itulah Allah berfirman:

“Wanita shalihah adalah yang taat,”
yakni taat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, “Lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat
kepada suami mereka bahkan ketika
suaminya tidak ada (sedang
bepergian), dia menjaga suaminya
dengan menjaga dirinya dan harta
suaminya.” (Taisir Al-Karimir Rahman,
hal.177)

7. Apabila memanggil akan engkau
dua orang ibubapamu, maka jawablah
panggilan ibumu dahulu.

8.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

“Maukah aku beritahukan kepada
kalian, istri-istri kalian yang menjadi
penghuni surga yaitu istri yang penuh
kasih sayang, banyak anak, selalu
kembali kepada suaminya. Di mana
jika suaminya marah, dia mendatangi
suaminya dan meletakkan tangannya
pada tangan suaminya seraya berkata:

“Aku tak dapat tidur sebelum engkau
ridha.”
(HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no.
257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah,
Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah,
no. 287)

9. Wanita yang tinggal bersama anak-
anaknya akan tinggal bersama aku
(Nabi s.a.w) di dalam syurga.

10.Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:
“Tidak halal bagi seorang istri
berpuasa (sunnah) sementara
suaminya ada (tidak sedang
bepergian) kecuali dengan izinnya”.
(HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim
no. 1026)

11.Wanita yang taat akan suaminya,
semua ikan-ikan di laut, burung di
udara, malaikat di langit, matahari dan
bulan semua beristighfar baginya
selama mana dia taat kepada suaminya
serta menjaga sembahyang dan
puasanya.

12. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga pernah bersabda:
“Allah tidak akan melihat kepada
seorang istri yang tidak bersyukur
kepada suaminya padahal dia
membutuhkannya.” (HR. An-Nasai
dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-
Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

13. Wanita yang solehah (baik) itu
lebih baik daripada 1,000 lelaki yang
soleh.

14. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman, yang artinya:

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-
isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mu’min:
“Hendaklah mereka menjulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

15. Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:
“Hendaklah mereka (perempuan)
melabuhkan kain kudung hingga
menutupi dada mereka.” (QS. An-Nur :
31)

16. Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:

“Rasulullah melaknat perempuan yang
mengikir gigi atau meminta supaya
dikikir giginya.” (HR. At-Thabrani)

17.Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:

“Barang siapa memakai pakaian yang
berlebih-lebihan, maka Allah akan
memberikan pakaian kehinaan dihari
akhir nanti.” (HR. Abu Daud)

18.Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:

“Wahai anakku Fatimah! Adapun
perempuan-perempuan yang akan
digantung rambutnya hingga
mendidih otaknya dalam neraka
adalah mereka itu di dunia tidak mau
menutup rambutnya daripada dilihat
laki-laki yang bukan
mahramnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

19.Dari ‘Abdillah bin Mas’ud
rodhiyallohu’anhu, dari Nabi
Shollallahu’alaihi wa Sallam, beliau
bersabda:

“Sesungguhnya wanita adalah aurat.
Sehingga ketika ia keluar rumah, ia
akan disambut oleh syaithan. Dan
kondisi yang akan lebih mendekatkan
dirinya dengan Rabbnya adalah ketika
ia berada di rumahnya.” (HR. Ibnu
Khuzaimah; SHAHIH)

20. Dari (‘Abdullah) bin ‘Umar
rodhiyallohu’anhu berkata:
Rasulullah Shollallohu’alaihi wa
Sallam bersabda:

“Janganlah kalian melarang wanita-
wanita kalian dari masjid-masjid,
akan tetapi rumah-rumah mereka
adalah lebih baik untuk mereka.” (HR.
Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah;
SHAHIH)

 

NP: Surga di bawah telapak kaki wanita (ibu)
Perlakukanlah wanita seperti ibumu juga

 

SEMOGA BERMANFAAT

 

Copyright @ 2013 WANITA.