Monday, March 31, 2014

MARYAM JAMILAH







In Memoriam Maryam Jamilah: Muslimah Bersenjata Pena Tajam

AntiLiberalNews - Pernahkah Anda bayangkan sekarang ada seorang anak Indonesia berumur 14 tahun menulis sebuah novel bermutu tentang negara lain—yang dia tak pernah kunjungi—serta tentang agama selain agamanya? Sepertinya tidak ada!

Banyak anak Indonesia umur 14 kerjaannya hanya gaul, pacaran, tawuran, nonton TV atau mengonsumsi narkoba! Dan banyak yang tidak  tertarik pada agamanya apalagi agama orang lain.

Sementara seorang tokoh Muslimah terkenal, Maryam Jamilah menulis novel bermutu “Di Tepian Jalur Gaza”, pada usia 14 tahun dalam kondisi yang saya sebutkan di atas. Ia belum pernah ke Palestina dan ia masih menganut Yahudi, tapi novelnya mengritik orang Yahudi dan membela orang Islam Palestina.

 

Sebenarnya siapa Maryam Jamilah ini? Maryam Jamilah dilahirkan di Westchester, New York, pada tahun 1934. Ia dilahirkan dengan nama Margret Marcus.Waktu kecil ia mempunyai nama panggilan yang lucu, Peggy, padahal yang bernama Margaret atau Margret biasanya di Amerika dipanggil Maggy. Gadis yang berasal dari suatu keluarga Yahudi yang mukim di New York ini memang lain sejak awalnya.

Demi memuasi dahaganya akan kebenaran hidup, sejak masa-masa remajanya yang paling dini ia telah sekian kali berpindah dari suatu “pusat kerohanian” ke “pusat kerohanian” lainnya. Dari yang sepenuhnya bersifat keagamaan hingga tak kurang dari yang bersifat agnostik, atau malah atheistik sama sekali.

Juga, berbeda dengan remaja-remaja New York sebayanya, Margret, gadis ini,mengharamkan bagi dirinya segala sesuatu yang disebut sebagai “sumber kenikmatan hidup”, seperti pergaulan bebas, pesta-pesta, mode, minuman keras, merokok dan ajojing. Justru di saat yang sering disebut sebagai “masa-masa yang paling indah” dalam kehidupan seseorang.

Sebagai gantinya, ia benamkan dirinya dalam tumpukan buku-buku yang terhitung “berat” bagi kebanyakan orang, apalagi bagi remaja seumurnya, seperti: agama, filsafat, psikologi dan sebangsanya.

Ketertarikan Margret pada Islam dimulai ketika ia berumur 10 tahun. Pada umur itu ia mengikuti “Sekolah Minggu” yang diadakan oleh seorang Yahudi Reformis.Ia sangat terkagum-kagum dengan hubungan sejarah antara Arab-Yahudi. Dari buku-buku teks Yahudi, Margret mempelajari bahwa Ibrahim adalah nenek moyang bangsa Arab sekaligus bangsa Yahudi.

Margret membaca bahwa pada beberapa abad setelah Ibrahim wafat yaitu pada abad pertengahan, di Eropa, umat Kristen tidak mempunyai toleransi terhadap orang-orang Yahudi. Orang-orang Kristen juga menyiksa, membunuh, bahkan, membantai umat Yahudi.

Hal ini berbeda secara diametral dengan yang terjadi di negara Islam Spanyol (Andalusia), kala itu. Di sana  umat Islam  ‘welcome’ terhadap orang-orang Yahudi. Toleransi kaum Muslimin dan negara Islam sangat mengagumkan dalam sejarah. Orang-orang Yahudi boleh bekerja, bebas dalam perdagangan atau bahkan di jajaran pemerintahan. Di mata Margret atau Peggy kecil, ini adalah keluhuran budi dan peradaban yang tinggi.

 

Dalam sejarah diketahui bahwa peradaban Islam mengalami kejayaan tertinggi pada masa Negara Islam Andalusia ini—Spanyol sekarang.

Negara Islam bukan cuma tidak membunuhi orang-orang Yahudi, tapi justru merangsang tumbuhnya kebudayaan dan peradaban Yahudi sehingga pada tingkat pencapaian yang tertinggi dan mencapai puncaknya. Kenyataan ini membuat Margret terkagum-kagum pada Islam.

 

Pada saat itu Margret masih lugu, polos, bahkan naif. Margret berpikir bahwa Yahudi “pulang” ke Palestina untuk memperkuat ikatan keluarga mereka dengan sepupu dekatnya sesama Semit yaitu bangsa Arab. Hal ini wajar malahan bagus, menurut Margret, karena mereka keluarga dekat dalam agama dan budaya.

Margret meyakini  bahwa Yahudi dan Arab akan bekerja sama guna mencapai masa kejayaan yang berikut seperti yang terjadi di negara Islam Andalusia. Masa kejayaan kedua peradaban  itu, yang kali ini menurut keyakinan Margret akan diwujudkan di Timur Tengah.

Keyakinan ini membuat Margret semakin terkagum-kagum pada Islam dan hubungan bersejarah Arab-Yahudi. Kebalikan dari itu, Margret sangat tidak bahagia di “Sekolah Minggu”. Pada masa ini Margret mengidentifikasikan dirinya secara kuat dengan orang-orang Yahudi di Eropa.

Kemudian terjadilah pembantaian besar-besaran terhadap Yahudi oleh Nazi. Margret terkejut bukan alang-kepalang. Dan ia sangat marah ketika tak seorang pun anggota masyarakat  Yahudi bereaksi terhadap persoalan ini.

Menurut keyakinan Margret, masalah persaudaraan Yahudi ini adalah masalah agama yang sangat penting. Ternyata tak seorang pun peduli. Nyatanya, memang, masyarakat Yahudi di lingkungan sekitar Margret tidak peduli pada agamanya, apalagi taat.

Sebut misalnya pada acara keagamaan di Sinagog, anak-anak malah membaca komik yang disembunyikan di balik kitab suci. Anak-anak juga tertawa-tawa mengejek dan mencemooh ketika ritual agama berlangsung. Anak-anak sebaya Margret sangat ribut dan tidak patuh kepada guru. Apalagi kalau para guru itu tidak mampu mendisiplinkan dan mengatur kelas.

Di rumah Margret suasana mempelajari dan mengamalkan agama Yahudi juga tidak lebih menyenangkan. Kakak perempuan Margret sangat membenci “Sekolah Minggu”. Apalagi “Sekolah Minggu” dianggap mengganggu waktu tidur dan santainya di hari libur.

Ibu Margret benar-benar menyeret (dalam arti harfiah) sang kakak dari tempat tidur pada pagi hari, setelah mengguncang-guncang badannya begitu keras. Sang kakak selalu bangun dengan sumpah serapah dan menangis menjerit-jerit.

Akhirnya, orang tua Margret capek menghadapi sang kakak dan membiarkannya berhenti dari “Sekolah Minggu”. Pada hari raya Yahudi alih-alih hadir di Sinagog dan puasa Yom Kippur, Margret dan kakaknya malahan bolos dan kabur. Mereka malah piknik lalu makan-makan di restoran bagus. Sambil cekikikan tentunya.

Ketika orang tuanya yakin bahwa Margret dan kakaknya sangat parah bandelnya di “Sekolah Minggu”, sang ortu masuk ke organisasi agnostik (humanis dan kemanusiaan) Yahudi. Mereka juga memindahkan kedua anaknya yang bandel ke “Sekolah Minggu” milik organisasi ini.

Organisasi ini dikenal luas sebagai organisasi humanis dengan nama “The Ethical Culture Movement” (Gerakan Kebudayaan Etis). “The Ethical Culture Movement” didirikan pada akhir abad ke-19 oleh Felix Adler.

Ketika belajar menjadi Rabbi, Felix Adler tumbuh keyakinannya akan relativitas ibadah agama. Ibadah agama dan nilai-nilai etika, menurut Adler, adalah relatif dan buatan manusia belaka.

Penyembahan kepada Tuhan atau Dewa serta supranaturalisme atau Theologi, tidaklah relevan lagi, menurutnya. Agama sudah tidak pantas lagi dalam dunia modern, kata Adler.

Margret mengikuti “Sekolah Minggu” versi Adler ini, lengkap dengan ajaran-ajaran Adler tentunya. Setiap minggu Margret dengan rajinnya mengikuti sekolah ini, berbeda dengan “Sekolah Minggu” sebelumnya. Margret pun akhirnya lulus dari sekolah ini pada umur 11 tahun.

Sejak saat itu Margret meremehkan dan mencemoohkan upacara-upacara tradisional, penyembahan-penyembahan, peribadatan-peribadatan, dan agama yang terorganisasi.

Pada masa remaja inilah Margret sangat terpengaruh oleh filsafat humanistik. Ia juga menjadi atheis. Apalagi pada masa itu seorang atheis dianggap sebagai seorang yang terdidik. Ketika masa-masa atheis ini, yaitu pada umur 12 tahun, petualangan Margret sangat hebat di dunia intelektual.

Di usia ini, banyak buku dan terutama ensiklopedi, dilahapnya. Ia juga gandrung membaca buku tentang dunia Arab dan Islam. Ia membaca buku TheLance of Kanana karya Harry W. French, sebuah buku yang menceritakan seorang anak Badui.

Ia juga membaca buku Boy of The Desert karya Eunice Tietjiena yang menceritakan seorang anak yang bernama Abdul Aziz. Buku Camel Bells: A Boy from Baghdad yang bertutur tentang seorang anak Irak yang diangkat oleh keluarga Badui pun dilahapnya.

Buku-buku inilah yang mengilhami Margret untuk membuat cerita tentang kehidupan seorang anak di desa kecil di kamp pengungsi Palestina, “Ahmad Khalil”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Di Tepian Jalur Gaza”. Buku ini ditulis pada usia 14 tahun! Bukan Main!

Sejalan dengan kedewasaan dan kematangan Margret secara intelektual, ia mulai tidak puas dengan atheisme. Ia merasa ada sesuatu yang kurang.Ia memulai pencarian baru. Ia kembali mencari identitas diri. Ia pun memasuki kelompok Baha’iyah atau Baha’i di New York. Kelompok ini bernama “The Caravan of East and West” (Karavan Timur dan Barat).

Kelompok ini dipimpin oleh seorang Persia yang bernama Mirza Ahmed Sohrab. Sohrab pun memberitahu Margret bahwa ia pernah menjadi sekretaris Abdul Baha, sang pendiri Baha’i.

Pada awalnya Margret tertarik pada Baha’i karena keaslian Islamnya, menurut Margret. Ia juga tertarik dengan ajarannya tentang kesatuan umat manusia (ummatan wahidatan). Tetapi kemudian Margret menemukan betapa buruk pengamalan ide-ide Baha’i oleh penganutnya.

Margret kemudian keluar dari Baha’i atau setahun setelah ia masuk. Ia merasa sakit hati, sedih, marah, dan kecewa karena merasa tertipu. Pada umur 18 tahun Margret menjadi anggota cabang gerakan keagamaan Zionis remaja. Gerakan ini dikenal dengan nama Mizrachi Hatzair.

Beberapa bulan kemudian ketika Margret mengetahui seperti apa Zionisme sebenarnya, Margret keluar dengan muak dan jijik. Ia yang selama ini menyangka bahwa Zionisme adalah gerakan persaudaraan dan kerja sama Arab-Yahudi, menjadi marah, kaget, dan kecewa. Ia akhirnya mengetahui borok Zionisme yang hanya membuat-buat dan mencari-cari permusuhan dan peperangan dengan bangsa Arab.

Pada umur 20 tahun Margret kuliah di Universitas New York. Salah satu mata kuliahnya adalah “Judaisme in Islam” (Ajaran Yahudi dalam Islam). Dosen Margret, Rabbi Abraham Issac Katsh, Ketua Jurusan Studi-studi Hebrew, tidak perlu capek-capek meyakinkan mahasiswanya bahwa Islam itu mencontek dari Yahudi. Mayoritas mahasiswanya yang ingin menjadi Rabbi langsung menyetujuinya. Buku teks di kuliah itu yang ditulis oleh sang dosen dengan judul “Took each verse from the Qur’an” sungguh-sungguh menyatakan tanpa bukti bahwa ayat-ayat Qur’an bersumber dari ajaran-ajaran Yahudi.

Meskipun maksud Profesor sebenarnya ingin membuktikan kepada mahasiswa superioritas Yahudi atas Islam, Margret malah menjadi yakin akan hal yang sebaliknya. Justru Islam dan Yahudi bersumber dari Tuhan yang sama. Dan karena Islam lahir belakangan, maka ia merevisi ajaran-ajaran Yahudi. Orang Yahudilah yang harus mengikuti Islam, demikian menurut Margret.

Usaha-usaha Zionisme yang menyuruh orang-orang Yahudi berimigrasi ke Palestina adalah kolusi antara kekuatan politik dengan pengusaha-pengusaha real estate, demikian dalam benak Margret. Tidak ada landasannya dalam kitab Talmud, menurutnya lagi. Kalaupun ada, itu adalah distorsi disebabkan kolusi. Yang sebenarnya adalah tidak ada.

Fusi antara nasionalisme Yahudi dengan agama ternyata malah memiskinkan orang-orang Yahudi secara spiritual, demikian Margret. Eksklusivitas yang rigid dari Yahudi juga menjadi penyebab pembantaian umat lain terhadap orang-orang Yahudi.

Menurut Margret, kalau orang-orang Yahudi inklusif dan toleran pasti mereka tidak akan dibantai sepanjang sejarah umat manusia. Margret pun menjadi sadar bahwa Zionisme adalah kombinasi antara rasisme, Tribalisme Yahudi, dan nasionalisme sekuler modern.

Melihat ketidakadilan yang dilakukan oleh PBB dalam mengatasi hubungan Arab-Yahudi di Palestina hati Margret menjadi tambah tidak yakin dengan agama Yahudi. Ia tidak betah dan tidak kuat lagi mengaku sebagai orang Yahudi. Ia melihat kecurangan-kecurangan PBB yang disogok gerakan Zionisme melalui Lobby Yahudi Amerika. Ia menjadi sangat malu sebagai orang Yahudi.

Semakin Margret mengikuti kuliah Profesor Katsh, semakin Margret tidak meyakini agamanya. Margret kian merasa agama Yahudi banyak cacatnya. Apalagi sudah beberapa bulan Margret membaca Al Qur’an dan Hadits. Margret membandingkan Al-Qur’an dengan Talmud. Ia merasa Al-Qur-an lebih sempurna, lebih logis, dan lebih argumentatif dibanding Talmud.

Dan pada pagi hari di bulan November 1954, Margret masuk Islam. Keluarga Margret menghalang-halangi keinginan Margret masuk Islam. Dengan banyak argumen mereka menyuruh Margret keluar dari Islam.

Keluarga Margret memperingatkan bahwa Islam akan menyulitkan hidup Margret. Mereka berpendapat bahwa Islam tidak seperti Yahudi dan Kristen yang menjadi bagian sejak Amerika berdiri. Mereka memberitahukan bahwa Islam akan membuatnya terasing. Terasing dari keluarga dan terisolasi dari masyarakat.

Pada masa itu keyakinan Margret akan Islam belum terlalu kuat. Ia pun tidak tahan terhadap tekanan-tekanan dari keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Sebagai hasil dari kekacauan dalam diri Margret, jiwa dan pikirannya terganggu. Ia pun harus DO dari kuliahnya. Selama dua tahun Margret tinggal di rumah di bawah perawatan medis. Tetapi kesehatan jiwanya semakin memburuk.

Dalam keputusasaan sejak tahun 1957-1959 orang tua Margret memasukkan Margret ke rumah sakit jiwa pemerintah dan RSJ Swasta. Di RSJ pemerintah ini Margret berjanji apabila ia benar-benar sembuh dan dipulangkan dari RSJ ini ia akan memeluk Islam dengan seyakin-yakinnya.

Orang tua Margret tetaplah orang tua. Mereka sangat menyayangi anaknya. Mereka tidak ingin anaknya tambah parah sakitnya. Mereka ingin anaknya cepat sembuh. Mereka tidak tega melarang Margret untuk masuk Islam. Mereka pun berjanji kepada Margret, kalau Margret benar-benar sembuh, ia akan dibolehkan masuk Islam. Limpahan kasih sayang dari orang tua Margret sangat efektif menyembuhkan sakit jiwa yang diderita Margret.

Akhirnya Margret  dibolehkan pulang pada tahun 1959. Setelah kembali ke rumah, ia mencari-cari peluang untuk bertemu kaum Muslimin di New York. Ia terus berdoa selain berusaha.

Doa Margret dikabulkan oleh Allah Yang Maha Penyayang, terutama kepada hambanya yang mau menepati janjinya ketika di alam ruh. Margret berhasil mempunyai kenalan Muslimin dan Muslimah. “Mereka adalah orang-orang yang paling baik,” demikian pendapat Margret.

Pada tahun 1961 di usianya yang ke-27, Margret masuk Islam lagi. Ia bersyahadat disaksikan oleh Syekh Daud Ahmad Faisal dan berganti nama menjadi Maryam Jamilah.

Maryam juga mulai menulis banyak artikel untuk pers Islam di Amerika. Sebelum berkenalan dengan tokoh-tokoh Islam Maryam selalu menderita. Kalimat perpisahan pada deritanya baru bisa ia ucapkan setelah ia mengenal Sayyid Abul A’la al-Maududi, seorang imam besar umat yang tinggal di Pakistan.

Mulai dari surat-menyurat yang mengharukan antara seorang bapak dengan putrinya, antara seorang Muslimah intelektual dengan ulama besar yang ternyata sama sekali bersesuaian pendapat ini, akhirnya mentas-lah dari gadis ini seorang Maryam Jamilah yang tegar.

Ternyata sebelum mengemukakan pendapat mereka masing-masing, cara berpikir mereka sudah sama. Dalam surat pertama Maududi kepada Margret yang merupakan surat balasan, Maududi menulis:

“Ketika saya membaca surat dan artikel Anda, saya merasa membaca ide-ide saya sendiri. Saya harap perasaan Anda akan sama ketika Anda mempunyai kesempatan mempelajari bahasa Urdu dan membaca buku-buku saya. Walaupun dalam kenyataannya kita belum pernah berkenalan sama sekali. Kebulatan suara satu sama lain dari kita dalam pemikiran bisa disimpulkan langsung. Faktanya adalah bahwa kita berdua mempunyai sumber inspirasi yang sama dan satu: Islam.”

Berkat ketekunan, semangatnya dan hidayah Allah SWT, sebentar saja namanya telah bisa disejajarkan dengan ulama-ulama besar terkemuka di dunia Islam, menyusul rekan-rekannya sesama muallaf lain yang juga sahabat pena Margret seperti: Marmaduke Pickthall, Muhammad Asad, T.B. Irving dan lain-lain.

Sebelum masuk Islam pun Maryam sudah merasa bahwa integritas keagamaan di dunia kontemporer mempunyai ancaman yang sangat besar. Ancaman ini disebut gerakan modernisasi Barat. Gerakan ini bermaksud mencampur pengajaran agama dengan reformasi dan filsafat buatan manusia. Kalau si pemeluk agama itu punya filter yang kuat hal ini tidak menjadi masalah. Tetapi kalau tidak? Tentu bermasalah!

Mengapa Maryam atau Margret berpendapat demikian? Ketika kecil dan remaja ia mengalaminya sendiri. Keluarganya yang kurang taat pada agama Yahudi semakin hancur keyakinannya karena modernisasi Barat. Mereka akhirnya hanya “Yahudi KTP” saja. Organisasi yang berkedok Yahudi reformis yang pernah ia masuki pun sami mawon. Malah organisasi inilah yang membuatnya menjadi atheis.

Ketika masuk Islam lagi Margret yang mengganti namanya menjadi Maryam Jamilah terkejut pula melihat kenyataan, banyak sarjana Muslim didikan Barat yang ragu-ragu dengan ajaran Islam. Antara lain mereka mengatakan bahwa ajaran Islam mencontek dari ajaran Yahudi.

Maka, Maryam pun ingin memerangi ini melalui tulisan. Abul A’la al-Maududi sangat mendukung rencana Maryam ini. Maryam menulis banyak artikel di majalah The Islamic Review dan The Muslim Digest. Di antara artikel itu terdapat tulisan berjudul “Sebuah Kritikan terhadap buku Islam in Modern History” (buku itu dikarang oleh Wilfred Cantwell Smith).

Artikel lain berjudul “Kritik terhadap buku Reinterpretation of Islam” berisi kritik atas buku karangan Asaf A. Fyzee (wakil rektor Universitas Kashmir). Buku ini berbicara tentang Islam yang diungkapkan menjadi etika kosong yang tidak memberi dampak kepada pembentukan masyarakat dan kebudayaan (terbit tahun 1960).

Sama seperti Maududi, Maryam juga mengritik Sosiolog Turki Ziya Gokalp. Di Indonesia Buya Dr Mohammad Natsir juga mengritik Ziya Gokalp dalam polemik dengan Soekarno. Memang pemikiran Ziya seperti apa, kok banyak yang mengritik?

Ziya mengatakan bahwa nasionalisme dan sekularisme cocok dengan Islam. Sudah pasti tokoh-tokoh Islam di atas tidak setuju. Maryam juga membantah pendapat Sir Sayyid Ahmad Khan yang sangat mengagung-agungkan ilmu pengetahuan dan filsafat Eropa. Ia juga mengkritik para pembaru Mesir seperti Muhammad Abduh dan Taha Husain. Ia menentang pula Presiden Tunisia Habib Bourguiba (memerintah 1957-1987) yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan merupakan penghalang pembangunan ekonomi Tunisia.

Pada tahun 1962, atas tawaran Al-Maududi, Maryam Jamilah pindah ke Pakistan dan menetap di Lahore sebagai anggota keluarga Al-Maududi. Setahun kemudian ia menikah dengan Yusuf Khan, seorang pengurus harian Jami’at Islami, gerakan Islam yang didirikan Maududi pada tahun 1941.

Pena Maryam sangat tajam menusuk, membedah, dan memreteli peradaban Barat yang berlawanan dengan peradaban Islam. Buku-buku Maryam yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya: ‘Islam dalam Kancah Modernisasi’, ‘Menjemput Islam’, ‘Para Mujahid Agung’, dan ‘Di Tepian Jalur Gaza’.

Kini, Maryam Jamilah telah tiada, baru saja meninggalkan kita, dalam usia 78 tahun, memenuhi panggilan Rabb-nya. Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya. Dan, mudah-mudahan Allah semakin memperbanyak Mujahid-Mujahidah yang berjuang melalui pena seperti anjuran Ziaudin Sardar, melakukan “Jihad Intelektual”. Wallahu A’lam bish Shawab.

 

Sumber: Salam-Online

 

SIAPA JODOH KITA






Siapa Jodoh Kita?

Remaja yang berada dalam lingkungan 19 hingga awal 20an selalunya sering memikirkan tentang jodoh. Jodoh merupakan antara perkara yang sering bermain di dalam fikiran selain daripada pelajaran, keluarga, amal ibadat serta minat peribadi masing-masing. Sebab itu, tak mustahil untuk kita melihat ramai di antara kita yang sudah kecundang dalam percintaan. Kecewa bagai dunia ingin kiamat. Segala-galanya dirasakan tidak kena. Dialah yang paling malang di dalam dunia ini pada anggapannya. Dia akan merasa sudah tidak bermakna lagi hidup di dunia. Bekas kekasih pula dilihat begitu bahagia dengan hidup baru. Akhirnya yang ditinggalkan kecewa dan sedih bagai nak rak.

 

Itu salah satu contoh yang menujukkan betapa remaja begitu obses dengan cinta sesama manusia. Teringat satu ungkapan.

 

**********************************************************************************

 

"Manusia suka harta tetapi lupa pada amalan
Manusia suka rumah tetapi lupa pada kubur
Manusia suka bercinta tetapi lupa pada neraka
Manusia suka berbalah tetapi lupa pada syurga
Manusia suka manusia tetapi lupa pada Pencipta"

 

Yang selalu berlaku di kalangan kita adalah kita boleh menjadi begitu obses untuk mencintai manusia. Tetapi jarang sekali malah sentiasa terleka daripada meletakkan cinta dan rindu kita yang paling agung kepada Yang Maha Esa. Ramai yang bercinta, tetapi solat lintang pukang. Ramai yang bercinta, tetapi aurat tidak dijaga. Ramai yang bercinta tetapi ikhtilat entah ke mana. Ini membuktikan betapa kita lebih mencintai manusia daripada mencinta Yang Mencipta manusia tersebut.

 

Situasi lain, kadangkala pula kita sering terfikir yang si A mungkin sesuai untuk kita. Esoknya pula, si B pula yang mungkin sesuai untuk kita. Keesokan hari, si C pula. Terus berlanjutan hingga berapa ramai, tak tahulah. Ini juga masalah. Sampai boleh jadi pening kalau tidak mampu dikawal.

 

Dalam hal ini, apa yang kita perlu faham dan sedar adalah jodoh dan rezeki setiap daripada kita sudah ditetapkan Allah sejak di Lauh Mahfuz lagi. Bercintalah bagai nak rak, kalau Allah katakan tidak akan bersatu, akan kecundang juga percintaan yang pernah menjadi begitu romantis. Dalam hal ini, kita semua perlulah percaya pada kuasa Allah. Di sinilah, iman dan Islam kita diiuji. Sama ada kita percaya pada janji Allah ataupun tidak.

 

Selagi belum ada dalam pemikiran untuk berumahtangga, jauhilah cinta sebelum nikah. Jika diri sudah bersedia, lain ceritanya. Lebih banyak perjuangan yang mesti dilakukan remaja-remaja kita selain daripada memikirkan soal cinta. Islam dan dakwah perlu diperkasakan. Kebudayaan kemanusian kita wajib dipulihkan. Ummah kita perlu diislahkan. Bumi Palestin perlu dibebaskan. Hudud perlu ditegakkan. 

 

Banyak lagi perjuangan kita wahai sahabat. Utamakanlah yang mana lebih penting. Pasti, Allah akan membalasnya dengan seorang bidadari ataupun sorang putera yang setimpal untuk kita.

 

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga)."

(An-Nur:26)

 

Sunday, March 30, 2014

BEBERAPA HADIST TENTANG WANITA


BEBERAPA HADIST RASULULLAH TENTANG WANITA

Hadits adalah perkataan dan
perbuatan dari Nabi Muhammad SAW.
Hadits sebagai sumber hukum dalam
agama Islam memiliki kedudukan
kedua pada tingkatan sumber hukum
di bawah Al-Qur’an.

Pada kesempatan kali ini ane berbagi info tentang beberapa hadist rasulullah untuk wanita dan kehebatan wanita dalam islam

 

1. Doa perempuan lebih makbul
daripada lelaki kerana sifat
penyayangnya yang lebih kuat
daripada lelaki. Ketika ditanya kepada
Rasulullah s.a.w. akan hal tersebut,
jawab Baginda s.a.w., “Ibu lebih
penyayang daripada bapa dan doa
orang yang penyayang tidak akan sia-
sia”.

2.Abdullah bin Amr radhiallahu
‘anhuma meriwayatkan sabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam:

“Sesungguhnya dunia itu adalah
perhiasan dan sebaik-baik perhiasan
dunia adalah wanita shalihah.” (HR.
Muslim no. 1467)

3. Apabila seseorang perempuan mulai
sakit hendak bersalin, maka Allah
s.w.t. mencatatkan baginya pahala
orang yang berjihad pada jalan Allah
s.w.t.

4. Ketika Umar ibnul Khaththab
radhiallahu’anhu bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam:

“Wahai Rasulullah, harta apakah yang
sebaiknya kita miliki?” Beliau
Shallallahu’alaihi wa sallam
menjawab:

“Hendaklah salah seorang dari kalian
memiliki hati yang bersyukur, lisan
yang senantiasa berdzikir dan istri
mukminah yang akan menolongmu
dalam perkara akhirat.” (HR. Ibnu
Majah no. 1856, dishahihkan Asy-
Syaikh Al Albani rahimahullah dalam
Shahih Ibnu Majah no. 1505)

5. Apabila telah lahir anak lalu
disusui, maka bagi ibu itu setiap satu
tegukan daripada susunya diberi satu
kebajikan.

6. Asy-Syaikh Abdurrahman bin
Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata:

“Tugas seorang istri adalah
menunaikan ketaatan kepada Rabbnya
dan taat kepada suaminya, karena
itulah Allah berfirman:

“Wanita shalihah adalah yang taat,”
yakni taat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, “Lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada.” Yakni taat
kepada suami mereka bahkan ketika
suaminya tidak ada (sedang
bepergian), dia menjaga suaminya
dengan menjaga dirinya dan harta
suaminya.” (Taisir Al-Karimir Rahman,
hal.177)

7. Apabila memanggil akan engkau
dua orang ibubapamu, maka jawablah
panggilan ibumu dahulu.

8.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

“Maukah aku beritahukan kepada
kalian, istri-istri kalian yang menjadi
penghuni surga yaitu istri yang penuh
kasih sayang, banyak anak, selalu
kembali kepada suaminya. Di mana
jika suaminya marah, dia mendatangi
suaminya dan meletakkan tangannya
pada tangan suaminya seraya berkata:

“Aku tak dapat tidur sebelum engkau
ridha.”
(HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no.
257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah,
Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah,
no. 287)

9. Wanita yang tinggal bersama anak-
anaknya akan tinggal bersama aku
(Nabi s.a.w) di dalam syurga.

10.Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:
“Tidak halal bagi seorang istri
berpuasa (sunnah) sementara
suaminya ada (tidak sedang
bepergian) kecuali dengan izinnya”.
(HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim
no. 1026)

11.Wanita yang taat akan suaminya,
semua ikan-ikan di laut, burung di
udara, malaikat di langit, matahari dan
bulan semua beristighfar baginya
selama mana dia taat kepada suaminya
serta menjaga sembahyang dan
puasanya.

12. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga pernah bersabda:
“Allah tidak akan melihat kepada
seorang istri yang tidak bersyukur
kepada suaminya padahal dia
membutuhkannya.” (HR. An-Nasai
dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-
Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

13. Wanita yang solehah (baik) itu
lebih baik daripada 1,000 lelaki yang
soleh.

14. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman, yang artinya:

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-
isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mu’min:
“Hendaklah mereka menjulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

15. Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:
“Hendaklah mereka (perempuan)
melabuhkan kain kudung hingga
menutupi dada mereka.” (QS. An-Nur :
31)

16. Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:

“Rasulullah melaknat perempuan yang
mengikir gigi atau meminta supaya
dikikir giginya.” (HR. At-Thabrani)

17.Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:

“Barang siapa memakai pakaian yang
berlebih-lebihan, maka Allah akan
memberikan pakaian kehinaan dihari
akhir nanti.” (HR. Abu Daud)

18.Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda:

“Wahai anakku Fatimah! Adapun
perempuan-perempuan yang akan
digantung rambutnya hingga
mendidih otaknya dalam neraka
adalah mereka itu di dunia tidak mau
menutup rambutnya daripada dilihat
laki-laki yang bukan
mahramnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

19.Dari ‘Abdillah bin Mas’ud
rodhiyallohu’anhu, dari Nabi
Shollallahu’alaihi wa Sallam, beliau
bersabda:

“Sesungguhnya wanita adalah aurat.
Sehingga ketika ia keluar rumah, ia
akan disambut oleh syaithan. Dan
kondisi yang akan lebih mendekatkan
dirinya dengan Rabbnya adalah ketika
ia berada di rumahnya.” (HR. Ibnu
Khuzaimah; SHAHIH)

20. Dari (‘Abdullah) bin ‘Umar
rodhiyallohu’anhu berkata:
Rasulullah Shollallohu’alaihi wa
Sallam bersabda:

“Janganlah kalian melarang wanita-
wanita kalian dari masjid-masjid,
akan tetapi rumah-rumah mereka
adalah lebih baik untuk mereka.” (HR.
Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah;
SHAHIH)

 

NP: Surga di bawah telapak kaki wanita (ibu)
Perlakukanlah wanita seperti ibumu juga

 

SEMOGA BERMANFAAT

 

BAHASAN SINGKAT


Bahasan Singkat Tentang Menutup Aurat

Ditulis Oleh Ustadz Marwan

Propaganda musuh-musuh islam senantiasa dan semakin dilancarkan dalam  segala sisi kehidupan. Hal tersebut telah ter-nash-kan dalam Firman Allah Ta’aala berkaitan dengan sifat yang dimiliki oleh musuh-musuh islam dari kalangan ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani). Allah Ta’aala berfirman :

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ 

Dan tidaklah akan pernah meridhai kalian orang-orang Yahudi dan Nasrani hingga kalian ikuti millah (agama) mereka….(Al-Baqarah : 120).

Di antara perkara yang dilancarkan oleh musuh-musuh islam terhadap kaum muslimin adalah upaya mereka untuk menghancurkan wanita-wanita muslimah dengan propaganda yang mereka serukan di antaranya seruan  persamaan hak antara laki-laki dan wanita dalam segala bidang tanpa terdapat pengecualian, emansipasi, tabbaruj (memamerkan aurat tubuh) dan selainnya.

 Maka kaum muslimin secara umum dan terkhusus wanita-wanita muslimah harus tersadar akan hal tersebut. Bahwa berhijab mengenakan pakaian yang sesuai dengan ketentuan syari’at adalah bukan perkara berganti seragam ala timur tengah setelah seseorang memahami agamanya dengan benar (sesuai ungkapan perkataan sebagian orang). Wanita-wanita muslimah mengenakan hijab dengan menutup wajah-wajah mereka urusannya bukan perkara  menguntungkan para pedagang pakaian dari negeri Saudi, Yaman atau Pakistan, sehingga urusannya bukan masalah mencintai produk dalam atau luar negeri. Akan tetapi semua itu dikenakan adalah dalam rangka upaya untuk taat atas perintah Allah dan Rasul-Nya.

Di bawah ini kami bawakan dua fatwa Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin –rahimahullah- sebagai jawaban atas pertanyaan bagaimana tuntunan syari’at yang mulia ini dalam memberikan batasan hukum atas aurat wanita ketika di sisi wanita yang lain sebagaimana disebutkan di dalam kitab Liqaa-aatul Baabil Maftuh pada pertanyaan nomor 940.

Pertanyaan : Fadzilatusy-Syaikh, Apa yang boleh bagi seorang wanita untuk membuka anggota badannya di sisi wanita yang lain?

Jawab : Wajib bagi wanita untuk memakai baju syar’i yang berfungsi sebagai penutup. Dan dulu gambaran  pakaian wanita-wanita para sahabat adalah sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan yang selainnya : Yaitu pakaian dari telapak tangan sampai mata kaki ketika di dalam rumah-rumah mereka. Dan jika mereka keluar rumah, mereka memakai pakaian yang panjang yang melebihi dari kaki-kaki mereka sepanjang satu jengkal, dan Nabi shollallohu’alaihi wa sallam memberikan rukhshah /keringanan kepada mereka sampai satu telapak hasta yaitu agar menutupi kaki-kaki mereka. Ini berkenaan dengan wanita yang berpakaian. Dan jika mereka mengangkat pakaian lebih tinggi dari keadaan itu berarti termasuk seorang yang berpakaian tapi telanjang.

Adapun berkaitan dengan wanita yang melihat maka tidak boleh baginya untuk melihat aurat wanita yaitu tidak boleh untuk melihat apa yang ada di antara pusar dan lutut, semisal ketika seorang wanita sedang membuang hajatnya, maka saat tersebut tidak boleh seorang wanita melihat kepada wanita tadi. Karena berarti melihat auratnya. Adapun yang di atas pusar atau di bawah lutut maka jika seorang wanita terkadang terbuka dari padanya karena suatu keperluan, misalnya seorang wanita mengangkat pakaiannya dari betisnya karena ia melewati tanah becek misalnya atau ia menghendaki untuk mencuci betisnya dan di sisinya terdapat wanita yang lain maka yang demikian ini tidaklah mengapa. Atau mengeluarkan payudaranya untuk menyusui anaknya di hadapan para wanita maka yang demikian ini tidaklah mengapa.

Akan tetapi tidaklah difahami dari perkataan kita, sebagaimana yang difahami sebagian para wanita yang kurang memiliki pengetahuan, bahwa maknanya adalah bahwa seorang wanita boleh memakai pakaian yang hanya menutupi pusar dan lututnya saja, maka ini adalah kekeliruan dalam  pemahaman. Dan demikian itu adalah kesalahan yang besar terhadap kitabulloh dan  sunnah RosulNya dan kesalahan besar dalam memahami syari’ah Alloh dan kesalahan besar terhadap Salaful Ummah. Barangsiapa yang mengatakan : Sesungguhnya wanita itu boleh hanya memakai sirwal yang hanya menutupi apa yang ada di antara pusar dan lutut. Apakah demikian ini pakaian para wanita ? maka tidak mungkin!

Bagi wanita wajib untuk memakai pakaian pada badannya dari telapak tangan sampai mata kaki. Adapun wanita yang lain yang melihat pada wanita ( secara hukum ) maka boleh untuk melihat di atas dada dan betis akan tetapi tidak boleh baginya melihat apa yang ada di antara pusar dan lutut. Jika terbuka pakaiannya maka wanita yang lain tidak boleh melihat apa yang ada di antara pusar dan lutut.

Pertanyaan : Fadzilatusy-Syaikh, aku telah membaca tulisan anda yaitu sebagai jawaban ketika terdapat pertanyaan kepada anda : Bagi seorang wanita ia boleh membuka di hadapan  mahromnya yaitu dari wajah, kepala, lutut, dua telapak tangan, dua lengan, dua kaki dan dua betis dan ditutup selain dari pada itu. Apakah perkara tersebut adalah mutlak, secara khusus yaitu bahwa pendapat anda ya syaikh, berkaitan dengan pakaian pendek untuk anak-anak wanita dan wanita secara umum adalah tidak boleh?

Jawab: Kami kalau mengatakan bahwa boleh untuk membuka demikian dan demikian maka bukanlah maknanya adalah hendaklah pakaian tersebut dengan batasan tersebut. Akan tetapi  kita anggap bahwa seorang wanita memakai pakaian yang menutupi sampai mata kaki, kemudian dalam keadaan tersebut apabila terbuka betisnya karena sesuatu hal dari aktifitasnya, maka yang demikian ini tidaklah berdosa jika tidak ada di tempat tersebut kecuali mahromnya atau tidak ada di situ kecuali para wanita.

Adapun mengenakan pakaian yang pendek maka kami melarang dan memperingatkannya, karena kami mengetahui –walaupun perkara tersebut adalah boleh- karena dengan berjalannya waktu akan diletakkan lebih banyak dari perkara tersebut sebagaimana kebiasaan dalam masalah selain ini. Yaitu manusia melakukan sesuatu pada awal waktu dalam bentuk suatu perkara yang mubah, kemudian berkembang dengan berjalannya waktu kepada perkara yang diharomkan dan tidak ada keraguan tentang keharomannya, sebagaimana bahwa Nabi shollallohu’alaihi wa sallam mengatakan :

لا تَنْظُر المَرْأةُ إلى عَورَةِ المَرْأة.

Artinya : Janganlah seorang wanita melihat kepada aurot wanita.

(Dikeluarkan oleh Imam Muslim npmor (338) Kitab Al-Haidh).

Bukanlah maknanya bahwa seorang wanita itu boleh untuk memakai pakaian  yang hanya menutupi apa yang ada di antara pusar dan lututnya saja. Tidaklah seorangpun berpendapat demikian, akan tetapi maknanya kalau terbuka dari seorang wanita apakah dadanya, atau betisnya bersamaan dengan pakaian yang dikenakan tersebut adalah mencukupinya, maka yang demikian ini tidaklah diharomkan melihatnya dari sisi sesama wanita. Kita ambil permisalan : Seorang wanita dalam keadaan menyusui anaknya dan terbuka payudaranya karena dalam rangka menyusui anaknya, maka kita tidak mengatakan bagi si wanita lain, sesungguhnya penglihatanmu terhadap payudara si wanita tersebut adalah harom. Karena yang demikian itu bukanlah aurot (bagi si wanita lain tersebut,pent). Adapun kalau ada seorang wanita dan ia mengatakan : Aku tidaklah memakai pakaian kecuali sirwal (celana panjang) saja yang hanya  menutupi antara pusar dan lutut, maka tidaklah seorangpun berpendapat dengan pendapat demikian ini, dan perkara tersebut adalah tidak boleh. Dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rohimahulloh- telah menyebutkan bahwa pakaian kalangan para sahabat wanita adalah dari telapak tangan sampai mata kaki mereka, yang demikian ini ketika di rumah-rumah mereka. Adapun jika mereka keluar ke pasar maka suatu  perkara yang diketahui yaitu tentang hadits Ummu Salamah bahwa para wanita itu menjulurkan pakaiannya. Dan Nabi shollallohu’alaihi wa sallam memberikan rukhshoh sampai satu jengkal hasta *. Yaitu karena agar tidak terbuka kedua kakinya jika berjalan. (Liqoaatul Baabil Maftuh –Al-Liqoouts-Tsamin-‘Ashar-, pertanyaan nomor 660).

* ( Hadits ini dikeluarkan oleh Tirmidzy nomor (3580) Kitab Al-Libas dan ia mengatakan : Hadits ini hasan shohih. Abu Dawud nomor (4117) Kitab Al-Libas. Ibnu Majah nomor (3580) Kitab Al-Libas. An-Nasai nomor ( 5336) Kitab Az-Ziinah.

Demikian bahasan singkat berkaitan dengan menutup aurot sesuai dengan tuntunan syari’ah antara sesama wanita dan wanita di hadapan mahramnya. Bagaimana dengan seorang wanita di hadapan laki-laki yang bukan mahromnya. Di dalam syari’ah ini juga telah membahas perkara tersebut. Sehingga sekali lagi kita tekankan bahwa menutup aurat (dalam hal ini adalah memakai pakaian yang paling memenuhi sesuai ketentuan syari’at) apakah untuk kalangan laki-laki dan wanita dengan upaya mengikuti generasi para shahabat sebagaimana yang dipaparkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah urusannya adalah bukan masalah mengganti seragam setelah mengenal pemahaman agama ini dengan benar. Demikian pula bukan urusannya dalam rangka mengikuti program cinta produk dalam negeri atau luar negeri, dan demikian pula urusannya bukan masalah apakah menguntungkan para pengusaha pakaian dari negeri-negeri timur tengah, Saudi, Yaman atau Pakistan atau Negara lain. Tetapi urusannya adalah upaya untuk mengikuti jejak generasi salaful ummah bagaimana mereka berpakaian dengan pakaian yang paling memenuhi syarat sesuai ketentuan syari’at.

Sumber: http://www.salafy.or.id

 

ADAB BERPAKAIAN PADA WANITA


Adab Berpakaian Pada Wanita Muslimah

A.  ADAB BERPAKAIAN

      Do’a Berpakaian dan Membuka Pakaian
      Allahumma innii asaluka min khoirihi wa khoiri maa huwa lahu, wa      

      a’uudzubika min syarrohi wa syarro maa huwa lahu
      ”wahai Allah, aku memohon kepada-Mu kebajikan pakaian ini dan kebajikan     

      yang disediakan baginya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya  

      dan kejahatan sesuatu yang dibuat untuknya.” (HR. Ibnu Sunni)

B.   PAKAIAN DAN AURAT BAGI MUSLIM

      “Aku tidak meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain  

       wanita.” (HR. Bukhari Muslim)
       Adalah sebuah kenyataan, bahwa bagi setiap laki-laki, daya tarik seorang   

      wanita ibarat tipu daya yang tidak bisa dianggap enteng. Dalam surat Yusuf

      ayat 28, Zulaikha disebutkan memiliki tipu daya yang besar (inna kaida kunna  

     ‘adzhim). Bandingkan dengan sebutan yang Allah SWT berikan untuk tipu daya  

     syaithan, “… sesungguhnya tipu daya syaithan itu adalah lemah.” (QS. An-

     Nisaa’ : 76) Coba bayangkan !!!
     Seorang wanita dapat menjelma menjadi sosok-sosok yang mulia, cerdas, dan  

     terhormat. Dan tentu untuk menjadi sosok yang demikian, tentu Sang Kholiq-

     lah yang paling tahu bagaimana caranya. Dan jilbab adalah sebuah resep   

     sederhana yang dapat mengangkat derajat wanita.

     “ … hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang  

    demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak  

    diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-

    Qhzab : 59)

    Jilbab bukanlah seperangkat asesoris, atau sekedar mode busana yang aturan   

    pakainya dapat diatur sesuai selera si pemakai. Jilbab adalah sebuah simbol  

    penghambaan diri seorang Muslimah terhadap ketentuan Rabb-Nya, sebuah  

    pengakuan bahwa Allah azza wa jalla berhak sepenuhnya mengatur

    kehidupannya. Memiliki niat baik memang tak berarti luput dari godaan  

    syaithan. Karena syaithan begitu lihai melihat celah yang bisa ia susupi untuk  

    menipu manusia. Dengan tipu dayanya, seorang manusia dapat memandang baik  

    sebuah perbuatan yang sebenarnya buruk dimata allah SWT.
    “Dan ketika syaithan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka   

    …” (QS. Al-Anfal : 48)
    Kriteria yang wajib dipenuhi oleh busana Muslimah dalam kitab Fiqh Wanita,   

    karangan Ibrahim Muhammad Al-Jamal adalah :
1.    Menutupi seluruh badan selain wajah dan kedua telapak tangan
      “Hai Asma, sesungguhnya perempuan itu apabila telah sampai umur/dewasa,   

       maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini.  

       Rasulullah berkata sambil menunjukkan kepada muka dan telapak tangan  

       hingga peregelangannya sendiri.” (HR. Abu Dawud dan Aisyah)
2.    Tidak ketat sehingga masih menampakkan bentuk tubuh yang ditutupinya.
3.    Tidak tipis temaram sehingga warna kulit masih bisa dilihat.
4.    Tidak menyerupai pakaian laki-laki“Nabi SAW melaknat laki-laki yang

       memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR.  

       Abu dawud dan Nasa’I)
5.    Tidak berwarna mencolok sehingga menarik perhatian orang
6.    Tidak menyerupai pakaian wanita kafir
7.    Dipakai bukan dengan maksud memamerkannya.
       “ Siapa saja yang meniru-niru perbuatan suatu kaum, berarti dia telah menjadi  

       pengikutnya.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
      Selain kriteria di atas, perlu diingat bahwa pemakaian kerudung harus sampai   

      menutup dada. Hal ini disebutkan secara gamblang dalam surat An-Nuur : 31,
      “… dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan  

      janganlah menampakkan perhiasannya.

 

41 KELEBIHAN WANITA


41 Kelebihan Wanita Islam

1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki kerana
    sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya
    kepada Rasulullah S.A.W. akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu
    lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak
    akan sia-sia.”

 

2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada
    70 orang lelaki yang soleh.

 

3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya,
   derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah
   S.W.T. dan orang yang takutkan Allah S.W.T. akan diharamkan api
   neraka ke atas tubuhnya.

 

4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan
    dari pasar ke rumah)lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya
    seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada
    anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah-
    olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.

 

5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku
    (Rasulullah S.A.W.) di dalam syurga.

 

6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara
    perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan,
    lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik
    mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya
    adalah syurga.

 

7. Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan se Suatu
    daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada
    mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api
    neraka.

 

8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.

 

9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah
    panggilan ibumu dahulu.

 

10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-
       pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana
       pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

 

11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung
       di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya
       beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan
       direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).

 

12. Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W.,
      siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab
      baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap lelaki?” Jawab
      Rasulullah S.A.W. “Ibunya.”

 

13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan,
      memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari
      pintu syurga mana sahaja yang dia kehendaki.

 

14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka
      Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada
      suaminya (10,000 tahun).

 

15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka
      beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. mencatatkan
      baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya
      1,000 kejahatan.

 

16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka
      Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada
      jalan Allah S.W.T.

 

17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia
      dari pada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

 

18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu
      setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.

 

19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang
      sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70
      orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.

 

20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.

 

21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000
      lelaki yang jahat.

 

22.  2 rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada
       80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.

 

23. Wanita yang memberi minum susu kepada anaknya daripada badannya
       (susu badan)akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu
        yang diberikannya.

 

24. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di
       dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.

 

25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang
       melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan
       penuh rahmat.

 

26.  Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan
       Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk syurga
       500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000
       malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam
       syurga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat
       dari pada yakut.

 

27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga
       anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya
       dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala
       ibadat.

 

28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan
       didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.

 

29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan
       berkatkan rezekinya.

 

30. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala
       seperti meyapu lantai di baitullah.

 

31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.

 

32.  Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.

 

33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan
       puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan
       satu pahala haji.

 

34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia
      akan dianggap sebagai mati syahid.

 

35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12
      tahun solat.

 

36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2½ thn), maka
      malaikat-malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa syurga wajib
      baginya.

 

37. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis,
      Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.

 

38. Jika wanita memicit/mijat suami tanpa disuruh akan mendapat
      pahala 7 tola emas dan jika wanita memicit suami bila disuruh
      akan mendapat pahala 7 tola perak.

 

39. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan
       memasuki syurga.

 

40. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat
      pahala 80 tahun ibadat.

 

41. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat,
      tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati
      auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.

 

Monday, March 17, 2014

HABAIB


Al-Habib  Abdullah  bin  Alwi 

Al-Haddad(sohhibbul ratib haddad)

 

 

 

Beliau bernama Abdullah bin Alawi bin Muhammad bin Ali Al-Tarimi Al-Haddad Al-Husaini Al-Yamani. Beliau (rahimahullah) dilahirkan di Subir sebuah perkampungan berhampiran kota Tarim di Wadi Hadhramaut, selatan negeri Yaman pada hari Ahad 5 haribulan Safar tahun 1044 hijriah bersamaan 30 haribulan Julai tahun 1634 Masehi. Al-Habib telah diasuh dan ditarbiahkan di Kota Tarim. Ketika beliau meningkat umur empat tahun, Al-Habib dijangkiti penyakit cacar yang mengakibatkan kehilangan daya penglihatan. Walaupun demikian, Allah yang Maha Agong lagi Mulia telah menggantikan kepada Al-Habib dengan mata hati (cahaya ilmu dan pengetahuan serta keyakinan dan wilayah). Berasaskan kurniaan ini, Al-Habib telah berusaha dengan penuh dedikasi dan kegigihan menceduk ilmu dari sejumlah besar para ulama’ di Yaman. Cinta beliau terhadap ilmu dan para ulama’ menghasilkan kebolehan menguasai ajaran para ahli tahkik (orang yang mengenali Allah dengan ‘ainul-yakeen serta hakkul-yakeen). Semenjak kecil lagi beliau memaparkan kekuatan usaha ibadat dan kerajinan memuntut ilmu. 
Al-Habib pernah berkata “ketika aku masih kecil, aku telah berusaha bersungguh-sungguh untuk beribadat dan melaksanakan pelbagai mujahadah yang lainnya, sehingga ditegur oleh nindaku yang solehah bernama Salma binti Said Al-Wali Omar Ba’Alawi, supaya menjaga diriku. Dia sering berkata demikian jika dikira ibadat serta mujahadah yang aku usahakan dianggap terlalu kuat dan banyak. Sebaliknya aku telah banyak meninggalkan mujahadah semenjak permulaan perjalanan ini semata-mata memelihara hati kedua ibubapaku yang amat prihatin terhadap keadaanku”. Walaupun Al-Habib (radhiAllahu ‘anhu) sering keluar ke kawasan sekitarnya dan perkampungan di sekeliling Tarim, beliau berkata “aku lebih seronok bersendirian demi kerana Allah kerana alangkah ne’matnya kelazatan (al-uns) bersama dengan Allah”. 

Pada permulaan perjalanan hidup Al-Habib, beliau sentiasa menyusuri negerinya untuk bertemu para solihin, menziarahi pusara para ulama’ dan auliya’. Pada masa beliau berada di perkampungannya, beliau sering duduk di sudut ‘Masjid Al-Hijriah’ dan pada waktu malamnya sering bersolat bergiliran di setiap masjid dalam kota Tarim. Sesungguhnya inilah yang membuka hati beliau semenjak kecil lagi. Al-Habib sering membaca Surah Yaasin yang mempengaruhi jiwanya dan menyebabkan beliau menitiskan air mata yang begitu banyak. Keadaan demikian sering mengakibatkan ketidakmampuannya membaca surah yang mulia ini. Inilah yang mendorong Sayyed Abdullah Bilfagih menjelaskan tentang Al-Habib dengan katanya “Disinilah futuh (pembukaan) bagi Al-Habib”. 

 

AKHLAK DAN BUDI PEKERTI 

Al-Imam Al-Haddad (rahimahullah) memiliki perwatakan badan yang tinggi, berdada bidang, tidak terlalu gempal, berkulit putih, sangat berhaibah dan tidak pula di wajahnya kesan mahupun parut cacar.

Wajahnya sentiasa manis dan menggembirakan orang lain di dalam majlisnya. Ketawanya sekadar senyuman manis; apabila beliau gembira dan girang, wajahnya bercahaya bagaikan bulan. Majlis kendalian beliau sentiasa tenang dan penuh kehormatan sehinggakan tidak terdapat hadhirin berbicara mahupun bergerak keterlaluan bagaikan terletak seekor burung di atas kepala mereka. 

Mereka yang menghadhiri ke majlis Al-Habib bagaikan terlupa kehidupan dunia bahkan terkadang Si-lapar lupa hal kelaparannya; Si-sakit hilang sakitnya; Si-demam sembuh dari demamnya. Ini dibuktikan apabila tiada seorang pun yang yang sanggup meninggalkan majlisnya. 

Al-Imam sentiasa berbicara dengan orang lain menurut kadar akal mereka dan sentiasa memberi hak yang sesuai dengan taraf kedudukan masing-masing. Sehinggakan apabila dikunjungi pembesar, beliau memberi haknya sebagai pembesar; kiranya didatangi orang lemah, dilayani dengan penuh mulia dan dijaga hatinya. Apatah lagi kepada Si-miskin. 

Beliau amat mencintai para penuntut ilmu dan mereka yang gemar kepada alam akhirat. Al-Habib tidak pernah jemu terhadap ahli-ahli majlisnya bahkan sentiasa diutamakan mereka dengan kaseh sayang serta penuh rahmah; tanpa melalaikan beliau dari mengingati Allah walau sedetik. Beliau pernah menegaskan “Tiada seorang pun yang berada dimajlisku mengganguku dari mengingati Allah”. 

Majlis Al-Imam sentiasa dipenuhi dengan pembacaan kitab-kitab yang bermanfaat, perbincangan dalam soal keagamaan sehingga para hadhirin sama ada yang alim ataupun jahil tidak akan berbicara perkara yang mengakibatkan dosa seperti mengumpat ataupun mencaci. Bahkan tidak terdapat juga perbicaraan kosong yang tidak menghasilkan faedah. Apa yang ditutur hanyalah zikir, diskusi keagamaan, nasihat untuk muslimin, serta rayuan kepada mereka dan selainnya supaya beramal soleh. Inilah yang ditegaskan oleh beliau “Tiada seorang pun yang patut menyoal hal keduniaan atau menyebut tentangnya kerana yang demikian adalah tidak wajar; sewajibnya masa diperuntuk sepenuhnya untuk akhirat sahaja. Silalah bincang perihal keduniaan dengan selain dariku.” 

Al-Habib (rahimahullah) adalah contoh bagi insan dalam soal perbicaraan mahupun amalan; mencerminkan akhlak junjungan mulia dan tabiat Al-Muhammadiah yang mengalir dalam hidup beliau. Beliau memiliki semangat yang tinggi dan azam yang kuat dalam hal keagamaan. Al-Imam juga sentiasa menangani sebarang urusan dengan penuh keadilan dengan menghindari pujian atau keutamaan dari oramg lain; bahkan beliau sentiasa mempercepatkan segala tugasnya tanpa membuang masa. Beliau bersifat mulia dan pemurah lebih-lebih lagi di bulan Ramadhan. Ciri inilah menyebabkan ramai orang dari pelusuk kampung sering berbuka puasa bersama beliau di rumahnya dengan hidangan yang tidak pernah putus semata mata mencari barakah Al-Imam. Tidak terputus pengunjung bertamu dengan beliau pada bulan mulia ini di rumah perkampungan beliau di Al-Hawi. 

Al-Imam menyatakan “Sesuap makanan yang dihadiahkan atau disedekahkan mampu menolak kesengsaraan”. Katanya lagi “Kiranya ditangan kita ada kemampuan, nescaya segala keperluan fakir miskin dipenuhi, sesungguhnya permulaan agama ini tidak akan terdiri melainkan dengan kelemahan Muslimin”. 

Beliau adalah seorang yang memiliki hati yang amat suci, sentiasa sabar terhadap sikap buruk dari yang selainnya serta tidak pernah merasa marah. Kalaupun ia memarahi, bukan kerana peribadi seseorang tetapi sebab amalan mungkarnya yang telah membuat Al-Imam benar-benar marah. Inilah yang ditegaskan oleh Al-Habib “Adapun segala kesalahan berkait dengan hak aku, aku telah maafkan; tetapi hak Allah sesungguhnya tidak akan dimaafkan”. 

Al-Imam amatlah menegah dari mendoa’ agar keburukan dilanda orang yang menzalimi mereka. Sehingga bersama beliau terdapat seorang pembantu yang terkadangkala melakukan kesilapan yang boleh menyebabkan kemarahan Al-Imam. Namun beliau menahan marahnya; bahkan kepada si-Pembantu itu diberi hadiah oleh Al-Habib untuk meredakan rasa marah beliau sehinggakan pembantunya berkata: “alangkah baiknya jika Al-Imam sentiasa memarahiku”. 

Segala pengurusan hidupnya berlandaskan sunnah; kehidupannya penuh dengan keilmuan ditambah pula dengan sifat wara’. Apabila beliau memberi upah dan sewa sentiasa dengan jumlah yang lebih dari asal tanpa diminta. Kesenangannya adalah membina dan mengimarahkan masjid. Di Nuwaidarah dibinanya masjid bernama Al-Awwabin begitu juga, Masjid Ba-Alawi di Seiyoun, Masjid Al-Abrar di As-Sabir, Masjid Al-Fatah di Al-Hawi, Masjid Al-Abdal di Shibam, Masjid Al-Asrar di Madudah dan banyak lagi. 

Diantara sifat Al-Imam termasuk tawaadu’ (merendah diri). Ini terselah pada kata-katanya, syair-syairnya dan tulisannya. Al-Imam pernah mengutusi Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Aidarus. “Doailah untuk saudaramu ini yang lemah semoga diampun Allah…” 

IBADAH DAN MUJAHADAH 

Tiada siapa yang pernah menyatakan Al-Imam bersolat walau satu waktu bersendirian, atau tidak solat di awal waktu, sembahyang dalam situasi yang tergapah-gapah, atau meninggalkan qiamullail. Diantara sifat mulianya Al-Imam ialah tidak berbicara ketika menunggu waktu solat dan amat marah jika ada yang cuba berkata-kata di waktu itu. Bahkan beliau menegahnya serta memberi amaran kepada sahabatnya dari menegurnya ketika waktu tersebut. Inilah yang ditegaskan oleh Al-Imam dengan katanya: “Kami keluar dengan penuh menghadhirkan diri dan meninggalkan segala kerunsingan”. 

Dan tegasnya lagi: “Kami tidak bercadang untuk melaksanakan sebarang solat sunat An-Nawaafil (solat sebelum dan selepas sembahyang fardhu) kecuali setelah hati kami benar-benar hadhir dan iqbal (menuju) kepada Allah”. 
Al-Imam amat memeliharai amalan solat Ar-Rawaatib. Doa-doa serta wirid-wiridnya yang ma’thur dari amalan Raul S.A.W. termasuk  mendirikan solat Ad-Dhuha sebanyak lapan rakaat dan solat Al-Isyraq sebanyak empat rakaat sebelumnya, solat Al-Awwaabin sebanyak dua puluh rakaat selepas sunat maghrib; dimana Al-Imam menyempurnakan empat rakaat sebelum setiap salam. Di waktu subuh pada hari Jumaat, Al-Imam berjemaah solat Fajar di masjid Al-Jame’ seterusnya beri’tiqaf sehingga solat Jumaat demi mendapat keutamaan berawal-awalan untuk solat tersebut. 

Al-Imam juga amat sedikit tidur, sekadar merehatkan diri sahaja. Kebiasaan Al-Imam melambatkan solat witir sehingga hampir fajar; ini disebabkan Al-Imam tidur sedikit (qailulah) selepas solat-solat qiamullail. Kemudian barulah berwudu’ untuk solat witir sebelum subuh. Beliau sentiasa berzikir seumpama ‘La ila ha illallah’ yang terlalu banyak jumlahnya sehinggalah tidak pernah berhenti; Al-Imam membiasakan dirinya dengan ini walaupun diundang perbualan dengan sesiapa. 
Al-Imam juga memperbanyakkan puasa, terutamanya pada hari yang diutamakan iaitu Isnin dan Khamis, Ayyaamul Baidh (hari ke 13, 14 dan 15 tiap-tiap bulan), hari ‘Asyura; hari ‘Arafah, enam hari dalam bulan Syawwal; sehinggalah terhentinya amalan ini apabila Al-Imam sudah berumur dan lemah. 

Adapun pada bulan Ramadhan, Al-Imam telah menjelaskan kepada para sahabatnya “Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan

amal,perkurangkanlah/tinggalkan sementara ilmu semata-mata untuk beribadah dalam bulan ini”. Seterusnya dapat dilihat orang-orang yang ramai mengurangan kelas-kelas ilmu kecuali selepas Asar, sebagai peringatan beliau kepada sahabat-sahabat yang utamakan amal bersungguh-sungguh dan membersihkan dalaman (batin). 

Walaubagaimanapun Al-Imam tidak pernah menunjuk-nunjukkan amalnya kecuali keadaan memaksakan seperti supaya ianya dijadikan tauladan kepada yang lain. Kata Al-Imam: “tidak aku tonjolkan amalan ini dengan sengaja, walaupun itu Alhamdulillah aku tidak bimbang dari sifat riya’ (disebabkan orang mengetahui amalan aku). Ingatlah sebagaimana Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq menyatakan tentang perkara ini berlandaskan firman Allah (yang bermaksud) “Sama sekali aku tidak memuji diri ini dengan kebaikan, maka ketahuilah sesungguhnya inilah yang mendorongkannya kepada perbuatan buruk”. 

Al-Imam juga telah menegaskan: “sesungguhnya aku telah melaksanakan kesemua sunnah Nabi dan tidak ada sunnah yang ditinggalkan, kecuali rambut”. Akhirnya Al-Imam mengekalkan rambut hingga ke telinganya sebagai yang dilaksanakan oleh Rasul S.A.W. 

Al-Imam juga sering menziarahi Nabi Allah Hud, selawat dan salam keatasnya dan Nabi kita; dimana makam Nabi Hud terletak di Wadi Hadramaut. Sebanyak tiga puluh kali Al-Imam telah menziarahinya, kesemuanya pada bulan Sya’ban. Al-Imam telah pergi berjalan kaki bersama-sama sanak saudaranya, kaya dan miskin. Kebiasaannya Al-Imam berada dimaqam itu selalunya di waktu maghrib dari 12 haribulan hingga 15 haribulan Sya’ban. Dalam perjalanan ke sana, Al-Imam sering singgah di Ainat untuk menziarah As Syeikh Al-Kabir Abu Bakar bin Salim dan As-Syeikh Ahmad bin Al-Faqih Al-Muqaddam. Al-Imam juga menziarah maqam Basyar selepas solat Asar setiap hari Jumaat dan hari Selasa. Al-Imam

menjelaskan: “pada mulanya, kebiasaan kami menziarahi Basyar ialah pada setiap hari Jumaat, tetapi setelah diantara sahabat kami bertemu Al-Faqih Al-Muqaddam dalam mimpinya dimana dia berkata: katakan kepada Al-Sayyed Abdullah Al-Haddad: “Ziarah Basyar pada hari Jumaat sahaja tidak memadai”; maka berdasarkan itu kami menziarahi juga Basyar pada hari Selasa juga”. Sebenarnya sebelum Allah menzahirkan kemuliaannya dan orang ramai berpusu-pusu kepadanya, memanglah Al-Habib menziarahi Basyar setiap hari Selasa. 
Semoga Allah merahmati Al-Imam dan menempatkan beliau di Syurga, dan dihimpunkan kita bersamanya dengan berkat Saiyidina Muhammad S.A.W., keluarganya dan sahabatnya serta selawat keatas Nabi Muhammad yang mulia serta keluarga dan sahabatnya

Copyright @ 2013 WANITA.